LAPORAN MAGANG 1
DI SMA SWASTA 2 BATIK SURAKARTA

Disusun
oleh ;
Nur
Faidah
K7617059
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan laporan
magang 1 dengan judul “ LAPORAN
MAGANG 1 DI SMA SWASTA 2 BATIK SURAKARTA”
tanpa halangan suatu apapun. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Profesi Kependidikan dan Magang 1.
Penulisan Laporan
Magang 1 dapat terlaksana dengan adanya dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak , untuk itu, saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.
Prof. Dr.Baedhowi M.Si selaku Dosen Mata Kuliah Profesi
Kependidikan dan Magang 1.
2.
Orang tua saya yang telah memotivasi
dan mendukungan dalam penulisan Laporan Magang 1 ini.
3. Bapak
Alex Marzuki, S.Pd selaku Guru Model Ilmu Pengetahuan Sosial Pengampu
Mata Pelajaran Ekonomi SMA S Batik 2 Surakarta yang telah bersedia
membantu dalam menyelesaikan Laporan
Magang 1 ini.
4.
Semua tenaga kependidikan SMAS Batik 2 Surakarta yang terlibat
dalam proses pelaksanaan Magang 1.
5.
Serta teman-teman yang telah memberikan motivasi dan
dukungan dalam penulisan Laporan Magang 1 ini.
Saya menyadari
dalam pembuatan Laporan Magang 1 ini masih terdapat kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaannya.
Surakarta, 27 April 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................
1
KATA
PENGANTAR…………………………………………………… ………. 2
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….4
A. Latar
Belakang……………………………………………………………..4
B. Tujuan
dan Manfaat………………………………………………………..5
C. Tempat
dan Waktu…………………………………………………………5
BAB II PELAKSANAAN…………………………………....................................
A. Hasil
Setiap Aspek………………………………………………………..7
1. Aspek
Kompetensi Kepribadian…………………………………..7
2. Aspek
Kopetensi Sosial……………………………………………11
3. Aspek
Pedagogik………………………………………………… 13
4. Kultur
Sekolah……………………………………………………15
B. Faktor
Pendukung dan Penghambat………………………………………19
C. Hasil
yang Diperoleh………………………………………………………20
BAB III PENUTUP……………………………………………………………….21
A.
Simpulan…………………………………………………………………..21
B.
Saran………………………………………………………………………21
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………22
LAMPIRAN………………………………………………………………………23
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru adalah pendidik professional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik. Keprofesionalan guru dalam menjalankan pekerjaan
dibutuhkan pelatihan sehingga mampu menguasai berbagai aspek kependidikan dan ahli
dalam memberikan materi kepada peserta didik. Seorang guru juga harus memiliki
sikap yang mampu dicontoh/ diteladani oleh setiap peserta didiknya. Seorang calon
guru pun diharapkan mampu menjadi pendidik yang berkompeten supaya generasi
yang akan datang juga semakin baik. Untuk mencapai kompetensi seorang guru
diperlukan pelatihan dalam hal memulai belajar menjadi seorang guru yang baik
dengan cara mengamati/ observasi terlebih dahulu. Hal ini dikatakan sebagai
kegiatan dalam prosese pendidikan yang biasanya sering disebut Magang..
Berdasarkan (SOP) Magang Kependidikan
Terpadu, magang kependidikan 1 merupakan kegiatan akademik semester 2 mahasiswa
S1 Fakultas Keguruan Standard Operating Procedure dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Sebelas Maret (UNS) yang pelaksanaannya terintegrasi dengan mata
kuliah Profesi Kependidikan berupa kegiatan observasi/wawancara ke sekolah dan
guru model untuk memahami kultur sekolah dan empat kompetensi guru, yang meliputi:
kompetensi kepribadian, sosial dan pedagogik dalam rangka menumbuhkan minat
menjadi guru dan sekaligus pembentukan pengetahuan, keterampilanan sikap
sebagai calon guru.
Magang kependidikan merupakan kegiatan
akademik yang tercantum dalam kurikulum semua program studi jenjang S1 yang ada
di lingkungan FKIP UNS berupa kegiatan belajar sambil melakukan (learning by
doing) dalam rangka pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Magang Kependidikan merupakan kegiatan
yang memberikan pengalaman awal (earlier exposure) untuk
membangun jati diri calon pendidik, memantapkan kompetensi akademik
kependidikan dan bidang studi, memantapkan kemampuan awal mahasiswa calon guru,
mengembangkan perangkat pembelajaran dan kecakapan pedagogis dalam membangun
bidang keahlian calon pendidik. Magang kependidikan merupakan kegiatan akademis
dan praktis yang lebih memfokuskan pada bidang manajerial dan pembelajaran di
sekolah. Magang Kependidikan juga bermanfaat untuk mahasiswa karena dengan ini
mahasiswa dapat mengamati bagaimana proses pembelajaran yang baik dan juga bisa
menilai kinerja dan profesionalisme guru.
B. Tujuan dan Manfaat
1.
Tujuan
a.
Menjelaskan Aspek
Kompetensi Pedagogik yang dimiliki guru ekonomi SMAS Batik 2 Surakarta
b.
Menjelaskan Aspek
Kompetensi Kepribadian yang dimiliki guru ekonomi SMAS Batik 2 Surakarta.
c.
Menjelaskan
Aspek Kompetensi Sosial yang dimiliki guru ekonomi di SMAS Batik 2 Surakarta.
d.
Mendeskripsikan Kultur
Sekolah di SMAS Batik 2 Surakarta
e.
Mendeskripsikan Faktor
Pendukung dan Penghambat di SMAS Batik 2 Surakarta.
f.
Mendeskripsikan Hasil yang
diperoleh dari observasi di SMAS Batik 2 Surakarta.
g.
Mendeskripsikan secara
langsung proses pembelajaran di SMAS Batik 2 Surakarta
2. Manfaat
a.
Mengetahui tentang Aspek
Kompetensi Pedagogik yang dimiliki guru ekonomi di SMAS Batik 2 Surakarta.
b.
Mengetahui tentang Aspek
Kompetensi Kepribadian yang dimiliki guru ekonomi di SMAS Batik 2 Surakarta.
c.
Mengetahui tentang Aspek Sosial
yang dimiliki guru ekonomi di SMAS Batik 2 Surakarta.
d.
Mengetahui tentang Kultur SMAS
Batik 2 Surakarta..
e.
Mengetahui tentang Faktor
Pendukung dan Mengurangi Faktor Penghambat di SMAS Batik 2 Surakarta.
f.
Mengetahui tentang Hasil
yang diperoleh dari observasi di SMAS Batik 2 Surakarta.
g.
Mengetahui secara langsung
proses pembelajaran di SMAS Batik 2 Surakarta.
3. Tempat
dan Waktu
Tempat: SMAS Batik 2 Surakarta.
Waktu
Pelaksanaan :
No
|
Hari/Tanggal
|
Kegiatan
|
1
|
Jumat, 23
Maret 2018
|
Pengurusan
izin magang
|
2
|
Senin, 2
April 2018
|
Konfirmasi
jadwal magang kependidikan I
|
3
|
Kamis, 19
April 2018
|
Pengamatan (Observasi)
magang Kependidikan I
|
4
|
Kamis, 26 April 2018
|
Wawancara
magang kependidikan I
|
BAB II
PELAKSANAAN
A. Hasil Setiap Aspek
Berdasarkan
observasi/pengamatan yang telah dilakukan di SMAS Batik 2 Surakarta diperoleh
tiga aspek dan kultur sekolah, yaitu:
1. Aspek Kompetensi
Kepribadian
Aspek
kompetensi kepribadian ini memiliki beberapa indikator, yaitu: berperilaku yang
dapat diteladani peserta didik, menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa,
arif, wibawa, menunjukkan tanggung jawab dan etos kerja yang tinggi, bangga dan
percaya diri sebagai seorang pendidik; berperilaku jujur, tegas,
adil dan manusiawi, serta menerapkan
kode etik profesi guru.
Berdasarkan
pengamatan (observasi) dan wawancara yang telah saya lakukan, untuk guru model
mata pelajaran ekonomi di SMAS Batik 2 Surakarta menurut saya sudah memiliki
indikator-indikator diatas, sehingga guru tersebut sudah dipastikan memiliki
aspek kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian memiliki beberapa sub
indikator, yaitu:
a. Jujur
Dalam kehidupan di Sekolah, sering kita lihat
bahwa ada berbagai macam bentuk kegiatan interaksi social oleh peserta didik
dengan peserta didik, peserta didik dengan guru/karyawan, dan guru/karyawan
dengan guru/karyawan . Salah satu wujudnya seperti sifat jujur.
Kejujuran yang ada pada peserta didik dapat
dilihat dari perkataan, perbuatan dan niat yang ada pada setiap peserta didik
tersebut, apakah sesui dengan perilakunya atau tidak. Jika perilaku/tindakan
yang dilakukan oleh peserta didik sesuai dengan perkataan yang diucapkan, maka
dapat dipastikan bahwa peserta didik mempunyai sifat kejujuran yang baik. Hal
ini tidak lepas dari kepribadian yang dimiliki oleh guru.
Misalnya, di SMAS
Batik 2 Surakarta yang memiliki “Kantin jujur”. Kantin jujur ini merupakan
upaya agar siswa/ semua warga sekolah dapat menerapkan perilaku jujur. Kantin
jujur disediakan guna menjual makanan kecil dan minuman. Kantin jujur di SMAS
Batik 2 Surakarta ini tidak memiliki penjual dan penjaga. Makanan atau minuman
yang dipajang didalam kantin. Di dalam kantin tersedia kotak uang yang berguna
menampung pembayaran dari hasil transaksi.
Sebagai
contoh ketika ada siswa yang ingin membeli sebuah makanan/minuman di kantin
jujur, maka siswa akan menaruh uang sesuai dengan harga makanan yg dibeli.
Namun bila ada kembalian, siswa akan mengambil dan menghitung sendiri uang
kembalian dari dalam kotak tersebut. Di kantin jujur ini, kesadaran siswa akan
dituntut untuk berbelanja, membayar, dan mengambil uang kembalian jika memang
berlebih, tanpa hatus diawasi oleh pegawai kantin. Salah satu tujuan yang ingin
dicapai disekolah SMAS Batik 2 Surakarta adalah agar tercipta peserta didik
yang mampu membiasakan perilaku jujur dan menanamkan di dirinya tentang
pentingnya berperilaku jujur, dan membentuk generasi penerus bangsa yang anti
korupsi.
Selain
dari contoh kantin jujur, guru juga bisa mengamati tingkat kejujuran peserta didik dalam kegiatan belajar. Perlu
diketahui bahwa tingkat kejujuran peserta didik antara satu dengan lainya
sangatlah berbeda, hal ini tergantung pada pembawaan peserta didik. Misalnya
ketika guru mengadakan Ulangan harian, guru tersebut dapat mengamati
gerak-gerik siswa. Apabila terkandung unsur keganjalan/ keanehan terhadap
peserta didik, siswa menengok kanan-kiri, atau berbisik-bisik, maka sebagai
guru harus menginggatkan kepada siswanya tentang melatih kejujuran.
b.
Menarik
Cara
yang digunakan guru model untuk menarik peserta didik agar tidak males, bosan
dalam mengikuti kegiatan belajar misalnya dengan cara guru memberikan alat
peraga terkait dengan materi yang akan di pelajari contohnya seperti surat guru
meminta setiap siswa untuk membawa surat PBB, tak lupa guru model juga membawa
surat PBB yang dimiliki. Selain itu guru dalam proses pembelajarannya membuat
suasana belajar menjadi menyenangkan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
kecil terkait materi yang akan dipelajari, ketika siswa mampu menjawab maka
guru akan memberikan reward atau hadiah kepada siswa berupa penambahan nilai
atu memberikan hadiah yang menarik.
Dalam
kegiatan pembelajaran guru menggunakan berbagai model dan metode belajar,
tetapi lebih sering menggunakan metode kooperatif dan metode jigsaw guna untuk
memungkinkan peserta didik lebih memiliki perkumpulan pengetahuan, mapu
meingkatkan social skill..
Selain
itu, agar pembelajaran menarik maka dibutuhkan kondisi yang nyaman, sekolah di
SMAS Batik 2 Surakarta memberikan fasilitas berupa setiap ruang kelas di beri
AC dua untuk membat suasana yang mendukung.
c.
Empati
Cara yang
dilakukan guru model untuk menujukkan sikap empati kepada peserta didiknya
yaitu dengan cara menceritakan masalah-masalah kemiskinan di daerah tertentu,
hal ini akan memancing peserta didik untuk lebih berempati. Implementasi yang
sudah diterapkan di SMAS Batik 2 surakarta yaitu Siswa kelas XII setelah acara
wisuda siswa mengadakan acara bakti social yang berupa membagikan nasi bungkus
sebanyak 500 buah kepada warga sekitar sekolah, Tukang becak, dan panti asuhan.
Selain itu, guru juga memberikan nasihat
kepada peserta didik dala hal saling menolong antara sesaa temannya. Misalnya kalau di SMAS Batik 2 surakarta seorang
siswa terkena musibah berupa penyakit parah/sanak keluarganya meninggal maka
akan diumumkan oleh tenaga pendidikan, kemudian tugas osis masuk ke setiap
kelas untuk meminta sumbangan seikhlasnya kepada korban.
Ada
juga bahwa tiap hari jumat guru mebuat inisiatif tentang adanya kewajiban infaq
di hari jumat, hasil uang infaq tersebut kedepannya akan diberikan oleh siswa
yang kurang mampu untuk membayar SPP yang nunggak.
d.
Kolaboratif
Berdasarkan
hasil observasi, peserta didik di SMAS Batik 2 Surakarta mampu bekerja secara
berkeompok, peserta didik akan cenderung berdiskusi apabila masalah dalam
pemberlajaran belum diselesaikan. Cara guru model menanamkan sifat kolaboratif
pada peserta didiknya dengan membuat kelompok diskusi untuk mengerjakan tugas
dari guru model secara berkelompok.peserta didik akan berunding dan mengorganisasikan
masalah yang sedan dihadapi untuk memecahkan masalah sendiri. Guru model hanya
sebagai pembimbing ke arah penyelesaian persoalan. Sehingga dari kegiatan
kolaboratif ini mampu menciptakan peserta didik yang lebih bertanggung jawab
dan rasa saling memiliki.
e.
Suka Menolong
Cara guru model
untuk menciptakn sikap saling menolong pada peserta didik yaitu dengan cara
ketika ada peserta didik yang belum paham tentang materi ekonomi yang sudah
diterangkan oleh guru, bisa bertanya kepada teman yang diarasa lebih paham.
Cara ini akan melatih peserta didik untuk memberikan bantuan atau pertolongan
kepada siswa lain yang belum paham.
Cara lain dapat berupa guru model
menginstruksikan kepada peserta didik, apabila ada siswa yang sakit maka
peserta didik lainnya harus segera menolong dengan cepat.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan,
peserta didik mampu menerapkan sikap suka menolong dalam kehidupan sehari-hari
missal dalam hal mengerjakan PR atau tugas.
2.
Aspek Kompetensi Sosial
Pada
aspek kompetensi social ini memiliki beberapa indicator, yaitu seperti sikap
dan perilaku sesuai
dengan norma yang berlaku, menjalin hubungan baik dengan teman sejawat, peserta
didik dan orang tua, beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja, tidak bersikap
diskriminatif terhadap waga sekolah, komunikasi ilmiah secara santun, empatik,
dan efektif, bersikap inklusif dan objektif terhadap warga sekolah.
Berdasarkan Observasi dan wawancara yang telah saya lakukan,
guru model di SMAS Batik 2 Surakarta sudah memiliki indikator-indikator aspek
tersebut, sehingga guru tersebut sudah berkompeten dalam bidangnya. Aspek
kompetensi sosial ini memiliki beberapa sub indikator, yaitu:
a.
Menjadi Panutan
Guru
bisa menjadikan peserta didik contoh/ panutan dalam kehidupan sehari-hari, ini
karena mereka dianggap sebagai anak yang berpendidikan, misal dilingkungan
sekolah menerapkan aturan dan skorsing untuk elatih peserta didik menjadi taat
aturan. Dengan adanya aturan ini mampu memunculkan dan mengembangkan sifat
positif di diri masing-masing peserta didik, kemudian diharapkan bisa di
aplikasikan di kehidupan bermasyarakat.
Untuk menanmakan sifat kepemimpinan bagi
peserta didik dapat dilakukan dengan cara berdiskusi terkait masalah yang
dihadapi peserta didik untuk mencari titik temu/ problem solving dan berani
bertanggung jawab dalam hasil keputusan.
selain itu, guru model memberikan nasihat tentang bahwa
ketika kita sebagai kakak kelas diharapkan mampu memberikan contoh bagi
adik-adik kelasnya/ siswa lainnya, menjadi pemipin yang baik dalam hal belajar,
betindak dan bersikap.
b.
Komunikatif
Berdasarkan
pengamatan saya di SMAS Batik 2 Surakarta, Peserta didik mampu berkomunikasi
selama pembelajaran berlangsung. Guru model memberikan pertanyaan kepada
peserta didik tentang UU yang mengatur tentang PBB, kemudian peserta didik
mampu menjawab dengan benar, begitu sebaliknya siswa ada yang mengacungkan
tanggannya kemudian memberanikan untuk bertanya kepada guru tentang barang apa
saja yang dikenai pajak yang belum jelas.
Peserta didik juga mampu bersosialisasi
dengan baik, misalnya bersatu untuk membangun dan mengurus kelas, meningatkan
temannyaketika belum piket, dan dalam hal saling tolong-menolong apabila ada
siswa yang belum jelas tentang materi.
c.
Kooperatif
Berdasarkan
observasi, peserta didik sudah mampu kooperatif dalam hal pembelajaran, peserta
didik bisa berinteraksi secara asih, asah dan asuh satu saa lainnya. Proses
pembelajaran bisa berjalan dengan lancer, karena tidak ada pembeda antar
peserta didik. Guru model juga tidak membedakan anatar siswa satu dengan siswa
lainnya.
Tingkat
kooperatif yang mampu dicapai oleh peserta didik di SMA S Batik 2 Surakarta
tergolong baik, karena mampu menghargai satu dengan lainya tanpa harus
memandang latar belakangnya, saling meghormati satu dengan lainnya, mampu
bertoleransi terhadap pendapat orang lain, mampu memahami konsep materi yang
sulit secara bersama dan masih banyak lagi.
3.
Aspek pedagogik
Aspek pedagogik ini mempunyai beberapa indikator,
yaitu: permasalahan peserta didik yang ditemui guru, upaya guru dalam menangani
peserta didik bermasalah, mengetahui bidang studi yang sesuai dengan tingkat
kebutuhan pedagogiknya, komitmen guru
dalam mengembangkan sekolah, memanfaatkan ICT dalam pembelajaran, memahami landasan kependidikan, memahami
perkembangan peserta didik.
Berdasarkan pengamatan yang telah
saya lakukan, guru model di SMAS Batik 2 Surakarta sudah memiliki
indikator-indikator tersebut, sehingga guru model tersebut sudah berkompeten
sesuai bidangnya. Aspek kompetensi pedagogik ini memiliki beberapa sub
indikator, yaitu:
a.
Aspek Potensi Peserta Didik
Di SMAS Batik 2 Surakarta, guru dan sekolah lebih
mengutamakan untuk mengmbangkan potensi non akademik, terutama prestasi di
bidang olahraga seperti futsal, karena setiap perlombaan hamper dipastikan
mendapatkan juara. Untuk di bidang akademik yang terpenting peserta didik mampu
diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Jadi dilihat dari presentasinya lebih
banyakmengembangkan potensi peserta didik di bidang non akademik.
Guru model atau sekolah dapat mengertahu potensi peserta
didik dari ketika memasuki SMA ada peserta yang memiliki piagam/sertifikat,
dari piagam tersebut kemudian guru tinggal mengembangkan.
Untuk peserta didik yang tidak memiliki piagam/sertifikat
maka dapat dilihat dari angket yang diberikan sekolah kepada peseta didik.
Misal peserta didik yang suk dengan ekstrakulikuler memasak/
tata boga dapat dikembangkan menjadi anak yang kreatif artinya menuntut siswa
untuk mampu berwirausaha. Seperti ketika siswa yang memiliki tanggan kreatif
bisa menjualkan karyanya kepada teman-temanya di sekolah, pengembangan ini
sangat baik, sekolah juga tidak melatang anak didiknya untuk berjualan tetapi
perlu diingat berjualan saat waktu istirahat.
b.
Mandiri dan Etos Kerja
Melalui pengamatan/ observasi, Kemandirian
peserta didik selama mengikuti pembelajaran tergantung pada siswanya, ada siswa
yang mandiri dan ada pula siswa yang kurang mandiri. Hal ini bisa diamati dalam
proses pembelajaran bahwa siswa yang terlihat rajin akan lebih mandiri dalam
hal belajar, begitu sebaliknya.
misalnya sebelum guru akan menjelaskan materi yang
akan dating, guru menyuruh kepada siswa untuk belajar materi yang akan datang.
Bagi siswa yang rajin mereka sudah mempelajari materi yang akan diajarkan
terlebih dahulu. Berbeda dengan siswa yang kurang rajin, siswa tersebut
cenderung tidak belajar atau bahkan sama sekali tidak membaca materi.
Dapat diamati juga semangat belajar
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran terlihat dari siswa yang aktif dan
siswa yang pasif. Siswa yang pandai dan kurang pandai pun juga berbeda semangat
belajarnya. Peserta didik ada yang bisa menyelesaikan tugasnya sendiri, namun
ada juga yang membutuhkan bantuan orang lain atau siswa lain untuk membantunya
mengerjakan tugasnya.
Selain itu, kemandirian peserta
didik dapat dilihat dari mampu menyelasaikan tugas yang diberikan oleh guru
model, apakh dikerjakan sendiri atau tidak dengan tepat waktu sesuai tanggal
yang ditetapkan atau lainnya.
c.
Berpengaruh positif dan disegani
Dampak positif yang ditimbulkan dari kegiatan pembelajaran di sekolah yang
didapat peserta didik merupakan peserta akan memahami dan menerpkan ulang hal-hal positif di lingkungan sekitarnya. Peserta
didik juga bisa mengajarkan dan membagi ilmunya kepada temannya atau orang lain
yang mungkin belum paham atau belum tahu.
Hal ini dapat disipulkan bahwa
proses pembelajaran yang diperoleh peserta didik bisa menghasilkan dampak yang
postif bagi dirinya dan bermanfaat bagi orang-orang disekitarnya. Peserta didik
bisa menerapkan apa yang diperolehnya dari pembelajaran misalnya peserta didik
bisa melakukan saving/ menyisihkan uangnya untuk masa depannya
4.
Kultur Sekolah
Dalam hal Kultur sekolah memiliki
beberapa indikator, yaitu: kedisiplinan warga sekolah, hubungan sosial antar
warga sekolah, hubungan antar sekolah dengan komite sekolah, hubungan antar warga sekolah dan orang tua, sikap
peserta didik terhadap warga sekolah, dan kegiatan rutin warga sekolah. Berdasarkan
Observasi dan wawancara yang saya lakukan, guru model sudah memiliki indikator
tersebut, karena kultur atau budaya tersebut memang harus dilaksanakan oleh
setiap guru. Kultur sekolah ini memiliki beberapa sub bab, yaitu:
a.
Tata azaz dan Disiplin Terhadap
Aturan Sekolah yang Menaungi dan Menerapkan dalam Kehidupan Sehari-hari
Berdasarkan Observasi dan wawancara
yang saya lakukan, peserta didik sudah menerapkan aturan dengan dengan baik
namun tidak menutupkemungkinan semua taat ada juga yang melanggar aturan
misalnya siswa masuk di sekolah pukul
06:30, tetapi ada beberapa siswa yang terkadang melanggar. Kewajiban peserta
didik untuk enggunakan sepatu warna hitam dengan variasi putih dengan kaos kaki
warna putih polos san mengguanakan ikat pinggang dari sekolah, tetapi tetap
saja masih ada yang melangga, namun juga banyak Peserta didik yang disiplin terhadap peraturan yang berlaku,
akan tetapi masih ada beberapa yang melanggar.
Berdasarkan pengamatan saya di SMAS
Batik 2 Surakarta, Sanksi yang diberlakukan bila peserta didik tidak menaati
aturan dan tidak disiplin ialah diberi point skorsing sesuai dengan peraturan
yang dilanggar dan guru juga memberikan teguran terlebih dahulu untuk
meminialisir pelanggaran. Namun, apabila sudah sering melanggar maka dari pihak
sekolah akan diberi surat peringatan untuk orang tuanya.
b. Norma Religius dan diteladani
Para siswa di SMAS Batik 2 Surakarta
sangat kentaldengan ajaran agamanya yaitu dengan melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya dengan baik, karena dari pihak sekolah juga menerapkan
prinsip-prinsip beragama. Terlihat dari sebelum kegiatan belajar mengajar
dimulaipukul 06:30 WIB, guru model/ guru membuka kegiatan belajar mengajar
dengan doa belajar yang kemudian dilanjut dengan tilawah al-Quran, dailanjut
membaca ayat kursi sampai jam menunjukkan pukul 06:43 WIB.
Penerapan ajaran agama dalam
kehidupan sehari-hari juga dilakukan siswa. Salah satu siswa yang Saya Tanya
mengucapkan kalimat “InsyAllah” ini membuktikan bahwa para siswa telah
menerapkan ajaran islam dala kehidupan sehari-hari.
c.
Norma Hukum & Sosial, Rasa
Bangga, Konsisten dengan Norma
Tata Tertib di SMAS Batik 2
Surakarta antara lain:
1) Setiap siswa wajib menaati semua
peraturan dan Tata Tertib sekolah yang berlaku.
2) Setiap siswa wajib bersikap hormat
terhadap guru/ pengasuh sekolah baik didalam maupun diluarsekolah serta
bersikaptetertib dan tanggung jawab dalam mengikuti pelajaran.
3) Wajib menjaga nama baik/ mengamankan
sekolah, alat-alat sekolah
4) Siswa wajib masuk sekolah pukul
06:30 WIB
5) Bagi siswa yang terlambat 10 menit (
06:40) menunggu di depan pintu gerbang hingga tadarus selesai. Pintu gerbang
dibuka kembali pukul 07:00
6) Siswa yang tidak masuk lebih dari 3
hari, dimohon orang tua/wali murid siswa datang ke sekolah memberitahu. Apabila
orang tua/ wali murid tidak hadir akan dilaksanakan panggilan secara tertulis
dari pihak sekolah.
7) Siswa wajib membudayakan 3S (Senyum,
Salam, Sapa)
8) Siswa ijin pulang mendahului,
makaorang tua harus datang ke sekolah.
9) Setiap siswa wajib mengikuti upacara
bendera di sekolah.
10) Sebelum dimulai pelajaran siswa ikut
membaca al-qur’an, doa belajar, dan dilanjut dengan tadarus Al-Qur’an.
11) Sebelum pelajaran terakhir dengan membaca doa
penutup
12) Hari Rabu dan Kamis memakai seragam
atas putih badge OSIS bawah abu-abu, kerudung warna putih (bagi yang berjilbab)
13) Hari Jumat seragam atas batik bawah
abu-abu, kerudung warna putih (bagi yang berjilbab)
14) Hari sabtu seragam pramuka, kerudung
warna coklat tua ( bagi yang berjilbab)
15) Sepatu warna hitam bertali dan kaos
kaki warna putih polos
16) Tidak diperkenankan berpakaian tidak
lengkap
17) Menggunakan topi pada waktu upacara
hari senin dan hari-hari besar lainnya.
18) Baju seragam tidak ketat
19) Memakai kaos selain warna putih.
20) Siswa dilarang merokok
21) Siswa dilarang keras
membawa, membaca atau melihat buku bacaan porno, video kaset, film dan
gambar porno.
22) Siswa dilarang keras berjudi, minum
minuman keras, mengonsumsi narkoba dan melakukan hal-hal yang melanggar norma
susila dan norma agama.
23) Siswa dilarang keras membawa senjata
tajam/api ke sekolah.
24) Siswa dilarang melakukan perkelahian
atau pertengkaran dengan siapapun, baik didalam maupun di luar sekolah.
25) Siswa putra dilarang mengenakan
(cincin, tindik, tatto, gelang, kalung, anting dan sejenisnya).
26) Siswa putra wajib berpotongan rambut
dengan panjang maksimum 0,5 cm.
27) Setiap siswa/siswi dilarang
mengenakan perhiasan dan bersolek berlebihan.
28) Setiap siswa dilarang membawa Hand
Phone (HP), jika membawa HP hanya boleh di gunkan saat jam istirahat .
29) Siswa dilarang menikah selama masih
aktif menjadi siswa.
30) Sanksi terhadap pelanggaran tersebut yaitu
pembinaan dan pernyataan tertulis oleh siswa yang disaksikn oleh Orang tua/wali
siswa; diskorsing untuk jangka waktu tertentu; dikembalikan kepada orang tua.
Pelaksanaan tata tertib di SMAS
Batik 2 Surakarta berjalan cukup baik.Siswa patuh pada aturan tata tertib yang
berlaku tersebut. Namun, tetap saja ada beberapa siswa yang melanggar dan tidak
mematuhi tata tertib. Sanksi bagi siswa yang melanggar akan diproses oleh guru
BK, bahkan apabila siswa yang melanggar sudah terlalu sering akan diberi surat
peringatan untuk orang tua atau wali siswa. Orang tua akan dipanggil ke sekolah
dan diberi arahan.
d. Hubungan Antar Warga
Sekolah
Berdasarkan
pengamatan yang saya lakukan di SMAS Batik 2 Surakarta, bahwa antar warga
sekolah memiliki hubungan sosial yang baik . Terlihat dari sikap sesama warga
sekolah yang saling menghormati dan menghargai, serta saling sapa disaat
bertemu, dan Senyum ketika berpapasan sertatak lupa menggucapkan salam ketika
bertemu.
Warga
sekolah juga memiliki sikap yang positif terhadap komite sekolah dan orang tua
murid dan lingkungan sekitarnya. Warga sekolah selalu bertegur sapa, salam,
senyum dan ramah kepada siapa pun yang ditemui. Kegiatan rutin yang dilakukan
warga sekolah adalah membaca al quran setiap pagi hari minimal 10 menit. Guru
pada jam pelajaran pertama membimbing siswa di kelasnya untuk mengaji. Bukan
hanya guru dan siswa saja, melainkan semua warga sekolah.
Selain
hubungan antar warga sekolah, juga terjalin adanya hubungan diluar sekolah
antara siswa dan guru seperti mengadakan bakti sosil berupa pemberian nasi
bungkus 500 buah kepada orang sekitar sekolah yang tidak mampu, kepada tukang
becak dan panti asuhan. Dengan adanya kegitan ini maka akan terjalin hubungan
antar warga sekolah dan masyarakat yang harmonis.
C. Faktor
Pendukung dan Penghambat
Faktor
pendukung:
1.
Pihak Tata Usaha
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret yang melayani dengan baik dan cepat dalam hal mengurus surat
perizinan magang.
2.
Pihak SMAS Batik 2
Surakarta yang sangat ramah, baik, ma
membantu dan terbuka sehingga memudahkan dalam melakukan pengamatan (observasi)
dan wawancara.
3.
Guru model juga sangat baik
dan ramah serta terbuka ketika diwawancarai.
Faktor
penghambat:
1. Lokasi
SMAS Batik 2 Surakarta yang lumayan jauh dari area kampus sehingga membutuhkan
waktu perjalanan yang lumayan lama.
2. Waktu
pelaksanaan observasi bertabrakan dengan jadwal kuliah, sehingga harus bisa
membagi waktu dengan baik agar tetap bisa mengikuti perkuliahan mata kuliah
lain.
3. Teman-teman
kelompok yang kurang aktif dan terkadang suka egois
4. Tidak
adanya kendaraan yang digunakan untuk kesana (Pribadi)
D. Hasil
yang Diperoleh:
Bagi
Mahasiswa:
1.
Memperoleh banyak
informasi, pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana menjadi seorang guru
yang professional.
2.
Memahami dan mengetahui tentang
lingkungan kerja menjadi seorang guru yang akan dijalani masa depan/ kemudian
hari.
3.
Memahami bahwa menjadi seorang
guru tidaklah mudah dan perlu adanya kemampuan khusus dan pengetahuan yang luas
sehingga bisa mengajar dan mendidik anak.
4.
Memahami arti pentingnya sebuah
pendidikan untuk generasi yang akan datang.
5.
Memahami bahwa pentingnya
generasi penerus bangsa yang berpendidikan.
6.
Memahami bahwa menumbuhkan
karakter siswa tidaklah mudah dan membutuhkan kerja keras dan metode tertentu.
7.
Memahami diharapkan tentang
pekerjaan guru melelui observasi magang kependidikan 1 ini.
8.
Memahami kultur dan guru
model dari sekolah yang di observasi.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Seorang guru bisa dikatakan berkompeten dalam
bidangnya dan memilii kemampuan professional apabila memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, serta hasil kerjanya yang baik. Berdasarkan hasil
observasi yang telah saya lakukan dan teman kelompok saya lakukan bahwa di SMAS
Batik 2 Surakarta, guru yang saya wawancarai dan saya observasi merupakan guru
yang sudah berkompeten dalam bidangnya, yaitu dalam bidang ekonomi.Sikap dan
perilaku beliau pantas untuk diteladani oleh murid bahkan rekan kerjanya.
Pengetahuan dan keterampilannya juga tergolong mumpuni dan baik.
Oleh karena itu, saya sebagai calon guru
dapat mengambil informasi dari kegiatan Magang 1 ini, bahwa masih banyak ilmu,
sikap, dan perilaku yang perlu dipelajari lagi untuk dapat menjadi seorang guru
yang professional, sehingga bisa menjadi teladan yang baik bagi peserta didik.
Seorang guru dalam menumbuhkan karakter untuk siswanya pun tidaklah mudah,
dibutuhkan kerja keras dan metode tertentu.
B. Saran
Sebaiknya semua guru harus bisa mengamati dan
memperhatikan setiap peserta didiknya, baik dari segi penampilan maupun
kemampuannya dalam menerima dan memahami materi yang disampaikan, karena tidak
semua peserta didik mampu dengan cepat memahami materi yang disampaikan oleh
guru. Guru juga harus bisa menjadi contoh yang baik untuk para
peserta didiknya. Hal ini berarti guru harus memiliki sikap atau perilaku yang
baik dan sopan agar bisa menjadi contoh yang baik bagi peserta didiknya. Kita
sebagai calon guru mulai sekarang harus bisa belajar menjadi guru yang baik dan
berkompeten untuk masa depan karena menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan
yang mudah.
DAFTAR
PUSTAKA
Bayu,A.2014.(Online).http://repository.ump.ac.id/4933/3/Adi%20Bayu%20Nugroho. BAB%20II.pdf.Diakses
tanggal 29 April 2018.
Dirjen
Dikti. 2013. Pengembangan Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK). Jakarta : Kemendikbud.
UU
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
UU
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Peraturan
Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan Tinggi.
LAMPIRAN










Tidak ada komentar:
Posting Komentar