TUGAS MAKROEKONOMI
LANJUT
Nama
Anggota Kelompok: (K76170)
A. Inflasi dan Pengangguran
Pilihan Ganda
1. A
2. B
3. C
4. A
5. C
6. B
7. B
8. D
9. B
10. D
Uraian
1. Enam langkah yang disepakati dalam
menjaga tingkat inflasi dalam batasoleh BI dan Pemerintahadalah mengimplementasikan arah (roadmap)
pengendalian Inflasi sebagai acuan program Tim Pengendali Inflasi (TPI) dan Tim
Pengendali Inflasi Daerah (TPID); mengaktifkan sekretariat pengendalian inflasi
yang berkedudukan di Kementerian Koordinator Perekonomian untuk mempermudah
koordinasi Pusat dan Daerah yang membutuhkan dukungan Pemerintah Pusat;
melibatkan KPPU dan penegak hukum untuk mengatasi permasalahan struktur pasar
komoditas pangan; menyelenggarakan Rakornas VII TPID tahun 2016 pada bulan
Agustus 2016, setelah penetapan Kepala Daerah baru untuk mendapatkan komitmen
dari Kepala Daerah dalam upaya stabilisasi harga; melakukan extra effort dalam
pengendalian inflasi komoditas pangan sebagai antisipasi tantangan inflasi
harga yang diatur Pemerintah (administered prices) tahun 2016; memperkuat
bauran kebijakan Bank Indonesia untuk memastikan tetap terjaganya stabilitas
makroekonomi, khususnya pencapaian target inflasi 2016.
2. Penyebab
inflasi secara grafis dari aspek “demand
pull inflation” dan “cost push
inflation” beserta contoh riilnya, yaitu:
a. Inflasi
tarikan permintaan (demand – pull
inflation)
Inflasi tarikan
permintaan (demand – pull inflation),
terjadi karena semakin meningkatnya permintaan agregat yang tidak disertai
dengan meningkatnya penawaran agregat dalam jumlah yang proporsional.
Permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan penawaran
agregat.Perubahan positif pada investasi,
ekspor neto maupun pengeluaran pemerintah akan meningkatkan permintaan agregat.

Contoh riilnya: Permintaan pada sepatu
olahraga (speak bola dan futsal) specs
yang meningkat drastis dari tahun ke tahun dikarenakan produk tersebut
mempunyai berbagai variasi ukuran, motif, serta tingkat keamanan dan kenyamanan
yang cukup baik saat dipakai. Sepatu merk ini yang dahulu mempunyai tingkat
harga Rp 200.000,- hingga Rp 300.000,- setelah terjadi inflasi akibat naiknya
permintaan, harganya sekarang naik menjadi Rp 400.000,- hingga Rp 500.000,-.
b. Inflasi
dorongan biaya (cost-push inflation)
Inflasi yang
diakibatkan oleh peningkatan biaya produksi seperti kenaikan upah, bahan baku
maupun komponen biaya lainnya akan mendorong perubahan harga yang semakin
tinggi. Penjelasan kurva cost-push inflation sebagai berikut:

Contoh riil: Kenaikan harga BBM akan
mengakibatkan inflasi untuk berbagai komuditas, karena kenaikan harga BBM akan
mempengaruhi biaya distribusi (transportasi) sehingga berdampak pada biaya
produsksi yang mengalami kenaikan.
3. Peran
pemerintah dalam menjaga pertumbuhan ekonomi agar pengangguran dan inflasi
dapat diminimalkan
a. Untuk
mengatasi pengangguran
1) Kebijakan
fiskal: menambah pengeluaran pemerintah; mengurangi pajak.
2) Kebijakan
moneter: menambah penawaran uang; menurunkan tingkat suku bunga; menyediakan
kredit khusus untuk sektor atau kegiatan tertentu.
3) Kebijakan
segi penawaran: mendorong lebih banyak investasi; mengembangakan infrastruktur;
meningkakan efesiensi, administrasi pemerintahan; pemberian subsidi; mengurangi
pajak perusahaan dan individu.
b. Untuk
mengatasi inflasi
1) Kebijakan
fiskal: menambah pengeluaran pemerintah; mengurangi pajak.
2) Kebijakan
moneter: mengurangi, menaikkan tingkat suku bunga; mematasi kredit.
3) Kebijakan
segi penawaran; elakukan langkah-langkah yang dapat mengurangi biaya produksi
dan kestabilan harga, seperti mengurangi pajak impor dan pajak atas bahan
mentah; melakukan penetapan harga; menggalakan pertambahan produksi dan
perkembangan teknologi.
4. Masyarakat
dalam suatu negara sangatlah beragam dalam usia, budaya, pendidikan maupun
status sosial ekonomi. Namun, masyarakat dalam usia produktif tidak semua
bekerja, atau sebagian menganggur. Apabila terdapat masyarakat usia produktif
yaitu 15 – 64 tahun, menghendaki tidak bekerja karena alasan tertentu seperti
sekolah, ibu rumah tangga, ingin menikmati masa tua maka golongan masyarakat
tersebut tidak dikategorikan sebagai pe3ngangguran. Sehingga konsep
pengangguran adalah angkatan kerja yang ingin bekerja dan sedang mencari pekerjaan
namun belum mendapat pekerjaan

Keterangan:
·
Bukan angkatan kerja adalah penduduk
usia kerja, tetapi tidak mencari kerja dengan alasan masih sekolah, ibu rumah
tangga dan ingin menikmati masa tua bagi yang berusia 60 th keatas.
·
Tidak bekerja = pengangguran (underemployed)
5. Dalam mengatasi atau mengurangi pengangguran, maka
diperlukan kebijakan pemerintah, keterlibatan pihak swasta maupun masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi yang meningkat dengan bertambahnya pengeluaran investasi,
pengeluaran pemerintah maupun meningkatnya ekspor netto akan memperluas
kesempatan kerja yang pada akhirnya akan mengurangi pengangguran. Kebijakan
fiskal pemerintah dengan menambah pengeluaran (government expenditure) maupun menurunkan pajak akan menggeser
pengeluaran agregat semakin meningkat.
![]() | |||
| |||
|
|
|
|
|
|


(a)
|
|
Efek penambahan
pengeluaran pemerintah (b)
Efek pengeluaran pajak
Maka berdasarkan penjelasan diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa kebijakan pemerintah yang paling efektif dalam
menangani inflasi dan pengangguran, yaitu dengan jalan meningkatkan pengeluaran
pemerintah, yang akan berdampak meningatnya penawaran tenaga kerja sehingga
mengurangi tingkat pengangguran. Karen peningkatan tenaga kerja akan meyebabkan peningkatan pendapatan
nasional sehingga tingkat inflasipun menurun. Selain itu, dalam kebijakan ini
terdapat berbagai pihak yang diuntungkan serta kebermanfaatan yang dirasakan,
salah satunya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kesejhteraan dan kemakmuran
masyarakat.
B.
Trade
off Inflasi dan Pengangguran
Pilihan Ganda
1. D
2. C
3. A
4. B
5. D
6. A
7. C
8. A
9. D
10. B
Uraian
1. Perbedaan
pemikiran teoritis 3 model penawaran agregat
a.
Model Harga-Kaku (Sticky Price Model)
Model harga kaku menggambarkan kondisi perusahaan
yang tidak secara instan menyesuaikan harga yang ditetapkan perusahaan ketika
menghadapi perubahan permintaan.Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
seperti salah satunya adalah biaya.Struktur pasar menyebabkan harga yang
ditetapkan perusahaan sulit berubah yaitu ketika perusahaan membutuhkan biaya
lebih besar untuk mencetak dan mendistribusikan katalog (daftar harga), oleh
karenanya perusahaan memutuskan untuk mempertahankan harga agar tidak merepotkan
pelanggan tetap karena perubahan harga.
Model harga kaku
mengabaikan asumsi persaingan sehingga perusahaan persaingan sempurna adalah
penerima harga (price takers) dan
bukan penentu harga (price setters).Perusahaan
mampu menentukan harga ketika memiliki kendali monopoli atas harga yang
ditetapkan. Keputusan penetapan harga (p) perusahaan tergantung pada dua
variabel makroekonomi, yaitu:
a.
Tingkat harga
keseluruhan (P)
Ketika biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan tinggi maka tingkat harga juga lebih tinggi,
sehingga semakin tinggi tingkat harga keseluruhan (P) maka semakin besar harga
yang dibebankan perusahaan pada produknya.
b.
Tingkat
pendapatan agregat (Y)
Tingkat pendapatan
agregat yang tinggi mampu meningkatkan permintaanproduk perusahaan.Naiknya
biaya marjinal pada tingkat produksi yang lebih tinggi dan permintaan semakin
besar, menyebabkan harga yang diinginkan perusahaan semakin tinggi.
Persamaan harga yang
diinginkan perusahaan yaitu

Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh kesimpulan
bahwa harga yang diinginkan perusahaan (p) tergantung pada tingkat harga secara
keseluruhan (P) dengan tingkat output agregat relatif terhadap tingkat alamiah yaitu
. Parameter
(yang
lebih besar dari nol) mengukur berapa besar harga yang diinginkan perusahaan
untuk menanggapi tingkat output agregat.


Jika dalam suatu perekonomian terdapat dua jenis
perusahaan yaitu perusahaan dengan harga fleksibel dan perusahaan dengan harga
kaku. Perusahaan dengan harga fleksibel menerapkan harga berdasarkan persamaan
yang telah dijabarkan sebelumnya, sedangkan perusahaan dengan harga kaku
(mencantumkan harga berdasarkan kondisi perekonomian yang diharapkan
perusahaan) menggunakan persamaan berikut untuk menentukan harga

Huruf e menunjukkan
nilai yang diharapkan dari sebuah variabel. Ketika perusahaan mengharapkan output berada dalam tingkat ilmiah
membuat nilai
menjadi
nol, sehingga perusahaan menetapkan harga


Harga yang ditetapkan oleh perusahaan yang memiliki
harga kaku dibuat berdasarkan prediksi bahwa perusahaan lain menetapkan harga
yang sama.
Menderivasi
persamaan penawaran agregat dapat menggunakan kaidah penetapan harga dari kedua
perusahaan tersebut.Agar dapat menderivasikan persamaan tersebut dibutuhkan
tingkat harga keseluruhan dalam suatu perekonomian yang merupakan rata-rata
tertimbang dari harga yang telah ditetapkan oleh kedua perusahaan tersebut.
Jika perusahaan dengan harga kaku adalah
dan perusahaan dengan harga fleksibel adalah
,
maka tingkat harga keseluruhan menjadi



Simbol
pertama menunjukkan harga yang dimiliki perusahaan harga kaku sedangkan symbol
kedua merupakan harga dari perusahaan dengan harga fleksibel. Sekarang kurangi
dari kedua sisi persamaan ini untuk
mendapatkan


Kedua
sisi dibagi dengan
agar dapat mencari tingkat harga keseluruhan
yaitu


Kedua simbol dalam persamaan ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
·
Ketika perusahaan
mengharapkan tingkat harga yang tinggi maka perusahaan
juga mengharapkan biaya tinggi. Sekalipun terdapat perusahaan yang menggunakan
harga tetap, pada akhirnya akan menetapkan harga tinggi, sehingga perusahaan
lain ikut menetapkan harga yang tinggi pula. Kesimpulannya adalah tingkat harga
tinggi yang diharapkan perusahaan atau
menyebabkan
tingginya tingkat harga aktual
.


·
Ketika outputtinggi
maka permintaan terhadap barang ikut tinggi. Perusahaan yang memiliki harga
fleksibel akan menetapkan harga tinggi sehingga tingkat harga menjadi tinggi.
Proporsi perusahaan yang memiliki harga fleksibel memberikan dampak output terhadap tingkat harga.
Kesimpulan yang dapat
diambil adalah tingkat harga keseluruhan tergantung pada tingkat harga yang
diharapkan dan tergantung pada tingkat output.Keseluruhan
persamaan yang telah dijelaskan sebelumnya mengantarkan pada kesimpulan rumus
penetapan harga agregat

Di mana
.
Model harga kaku menyatakan bahwa penyimpangan output
dari tingkat alamiah secara positif berkaitan dengan penyimpangan tingkat harga
dari tingkat harga yang diharapkan.

b.
Model Upah Kaku
Model upah kaku digunakan untuk menggambarkan kurva
penawaran agregat jangka pendek dengan bentuk kemiringan ke atas. Para ekonom menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh
lambannya penyesuaian upah nominal.Ketika kondisi perekonomian berubah maka
upah tidak dapat disesuaikan dengan cepat karena dalam perindustrian upah
ditetapkan melalui kontrak jangka panjang.Dapatpula terjadi pembatasan upah
para pekerja oleh karena industri yang tidak dilindungi dengan kontrak serta
bergantungnya upah pada norma sosial dan gagasan keadilan yang terus
berkembang. Keadaan tersebut mengakibatkan ekonom percaya jika upah nominal
bersifat kaku dalam jangka pendek.
Model ini menunjukkan pengaruh upah nominal kaku
terhadap penawaran agregat. Perhatikanlah penjelasan berikut untuk memahami
pengaruh kenaikan harga terhadap jumlah output
yang diproduksi
1)
Ketika upah
nominal tetap maka upah riil akan turun ketika tingkat harga mengalami kenaikan
yang berdampak pada biaya tenaga kerja lebih murah.
2)
Rendahnya upah
riil membuat perusahaan memakai tenaga kerja lebih banyak.
3)
Penggunaan
tenaga kerja tambahan berdampak pada peningkatan jumlah output produksi.
Ketika upah nominal
tidak dapat disesuaikan maka kurva penawaran agregat miring ke atas, hal
tersebut disebabkan oleh hubungan positif antara tingkat harga dengan jumlah output.
Perhatikan penjelasan
berikut ini! Perusahaan dan pekerja melakukan kesepakatan upah nominal sebelum
mengetahui tingkat harga yang tercipta pada saat kesepakatan tersebut
memberikan dampak.Perusahaan serta pekerja mengetahui upah riil target yang merupakan upah riil yang menjadi penyeimbang
penawaran dan permintaan tenaga kerja. Perlu diketahui bila upah riil target
memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan upah riil
ekuilibrium karena kekuatan serikat kerja dan pertimbangan upah efisien lebih
mempertahankan upah di atas tingkat yang membawa penawaran dan permintaan
menuju pada keseimbangan.

Pekerja dan perusahaan
menentukan upah nominal
berdasarkan upah riil target
dan tingkat harga yang mereka harapkan
.
Upah nominal telah ditetapkan serta
sebelum tenaga kerja ditarik, perusahaan mempelajari tingkat harga aktual
.
Sehingga upah riil berubah menjadi





atau

Berdasarkan persamaan tersebut dapat dijelaskan bila
upah riil menyimpang dari targetnya apabila tingkat harga aktual berbeda dari
tingkat harga yang diharapkan.Ketika upah riil menjadi lebih kecil dari
targetnya hal tersebut disebabkan karena tingkat harga aktual lebih besar dari
yang diharapkan, namun ketika tingkat harga aktual
kurang dari yang diharapkan membuat upah riil lebih besar dari targetnya.
Model upah kaku atau sticky wage model juga berasumsi bila kesepakatan yang tercipta
antara perusahaan dan pekerja tidak mempengaruhi kesempatan kerja sebab
kesempatan kerja dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja yang diminta oleh
perusahaan.Hal ini tidak berlaku ketika tenaga kerja yang disepakati pekerja
sesuai dengan keinginan perusahaan dengan tingkat upah yang telah ditetapkan
sebelumnya. Fungsi permintaan tenaga kerja yang dapat tercipta ketika
perusahaan membuat keputusan penggunaan tenaga kerja yaitu:

Fungsi permintaan tenaga
kerja tersebut menyatakan bahwa upah riil rendah dan tenaga kerja yang
dipekerjakan perusahaan semakin banyak. Perhatikan gambar 6.1 yang menunjukkan
kurva permintaan tenaga kerja! Selain itu output
perusahaan ditentukan oleh fungsi produksi berikut ini:

Fungsi produksi tersebut menyatakan bahwa semakin
banyak tenaga kerja yang dipekerjakan perusahaan maka semakin banyak pula output yang dihasilkan dalam produksi.
Pernyataan tersebut tercermin dalam gambar 6.2.
Kurva
penawaran agregat ditunjukkan dalam gambar 6.3. Upah nominal yang bersifat kaku
membuat perubahan yang tidak diharapkan dalam tingkat harga menjauhkan upah
riil dari upah riil target, selain itu perubahan upah riil mempengaruhi jumlah
tenaga kerja yang digunakan perusahaan untuk proses produksi serta jumlah output yang dapat dihasilkan perusahaan.
Kurva penawaran agregat dalam model upah kaku dapat ditulis sebagai

Output akan menyimpang dari tingkat alamiah ketika tingkat
harga menyimpang dari tingkat harga yang diharapkan.

Gambar 6.1. Kurva
Permintaan Tenaga Kerja dalam Model Upah Kaku
Gambar 6.1. menunjukkan kurva
permintaan tenaga kerja dalam model upah kaku. Ketika terjadi kenaikan tingkat
harga dari
ke
membuat upah riil menurun dari
ke
, hal ini dapat terjadi karena nilai upah nominal
tidak berubah. Upah riil yang lebih rendah
tersebut menyebabkan jumlah tenaga kerja meningkat dari
ke
.








Gambar 6.2. Fungsi
Produksi dalam Model Upah Kaku
Gambar 6.2 menunjukkan fungsi produksi dalam model upah
kaku. Jumlah tenaga kerja yang meningkat dari
ke
menyebabkan kenaikan output dari
ke
.





Gambar 6.3.
Penawaran Agregat dalam Model Upah Kaku
Gambar 6.3. menunjukkan kurva
penawaran agregat dalam model upah kaku. Kurva ini meringkas hubungan antara
tingkat harga dan output. Harga yang
meningkat dari
ke
meningkatkan output dari
ke
.




c.
Model Informasi Tak
Sempurna
Model informasi tak sempurna
dapat disebut juga sebagai imperfect-information
model. Model ini mengasumsikan bahwa seluruh upah dan harga pasar bebas
menyesuaikan diri dalam keseimbangan permintaan dan penawaran. Selain itu model
informasi tak sempurna memiliki kurva penawaran agregat berbeda yang disebabkan
kesalahan persepsi temporer harga sehingga kuva dalam jangka panjang dan jangka
pendek berbeda.
2.
Tingkat pengangguran alamiah dipengaruhi oleh beragam
ciri pasar tenaga kerja diantaranya yaitu UU upah minimum, peranan upah
efisiensi, kekuasaan pasar serikat pekerja, dan keefektifan pencarian kerja.
Tingkat inflasi dipengaruhi oleh pertumbuhan jumlah uang beredar
atau JUB yang dikendalikan bank sentral. Dalam jangka panjang kedua faktor
tersebut yaitu inflasi dan pengangguran tidak saling berhubungan, namun dalam
jangka pendek akan terjadi tradeoff (pertukaran
kepentingan) jangka pendek antara dua faktor tersebut. Pembuat kebijakan dapat
memperkecil pengangguran dan inflasi melalui kebijakan moneter dan fiskal.
Melalui kebijakan tersebut permintaan agregat dapat
dinaikkan dan kemudian membuat perekonomian sepanjang kurva penawaran agregat
jangka pendek meningkat, namun ternyata di sisi lain tingkat inflasi menjadi
tinggi walaupun tingkat pengangguran dapat diperkecil untuk sementara waktu.
Ketika pembuat kebijakan memilih mengurangi permintaan agregat serta menurunkan
perekonomian sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek, membuat tingkat
pengangguran meningkat walaupun tingkat inflasi dapat diperkecil.
3.
Apa yang dimaksud dengan kurva Philips? Kurva Phillips
merupakan hubungan jangka pendek inflasi dengan pengangguran. Artikel milik A.
W. Phillips (1958) berjudul “The
Relationship between Unemployment and Rate of Change of Money Wages in the
United Kingdom, 1861-1957”, menjelaskan hubungan negatif antara
pengangguran dengan inflasi. Ketika tingkat pengangguran rendah maka inflasi
cenderung tinggi dalam tahun tersebut, sedangkan pada saat inflasi rendah maka
tingkat pengangguran adalah tinggi. Dua tahun kemudian Paul Samuelson dan
Robert Solow membuat artikel berjudul “Analytics
of Anti-Inflation Policy” dengan data di negara Amerika Serikat. Hal serupa
ditemukan oleh mereka bahwa pengangguran dan inflasi memiliki korelasi negatif,
kemudian Samuelson serta Solow menyebut hubungan negatif ini dengan nama kurva
Phillips. Kurva Phillips dinilai mampu memberikan peranan penting bagi pembuat
kebijakan. Perhatikan gambar 6.6

Gambar 6.6. Kurva Phillips
Kurva
Phillips memberikan pilihan pada pembuat kebijakan mengenai hasil perekonomian
yang mungkin dapat terjadi nantinya. Pembuat kebijakan dapat mengubah kebijakan
fiskal maupun moneter yang dapat memengaruhi permintaan agregat yaitu dengan
memilih titik dalam kurva Phillips. Jika pembuat kebijakan mengharapkan
pengangguran yang tinggi serta tingkat inflasi yang rendah maka mereka dapat
memilih titik A, sedangkan apabila mengharapkan rendahnya tingkat pengangguran
dan inflasi tinggi maka titik B yang harus dipilih. Pada akhirnya kebijakan
manapun mustahil mewujudkan keadaan dimana tingkat inflasi serta pengangguran
rendah, karenanya tradeoff inflasi
dan pengangguran selalu dihadapi bagi pembuat kebijakan.
4.
Model penawaran dan permintaan agregat memberi penjelasan
dalam mengambil pilihan dari pilihan yang dapat terjadi ketika dicerminkan
kurva Phillips. Kurva Phillips memperlihatkan bagaimana kenaikan inflasi dan
pengangguran pada jangka pendek saat terjadi pergerakan perekonomian di
sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek karena adanya pergeseran kurva
permintaan agregat. Meningkatnya permintaan agregat barang dan jasa dalam
jangka pendek membuat hasil produksi (barang maupun jasa) lebih besar serta
dengan tingkat harga lebih tinggi. Jumlah produksi yang jauh lebih besar
menandakan tingkat produktivitas tinggi, dengan kata lain tingkat pengangguran
menjadi lebih rendah. Namun perlu diingat, semakin tinggi tingkat harga pada
tahun berjalan maka semakin tinggi tingkat inflasi, berapa pun tingkat harga di
tahun sebelumnya. Kesimpulannya adalah pergeseran permintaan agregat
menyebabkan inflasi serta pengangguran ke arah berlawanan pada jangka pendek
(hubungan yang diperlihatkan dalam kurva Phillips). Perhatikanlah gambar 6.7
dan gambar 6.8
Pada tahun 2015 tingkat harga memiliki nilai sebesar 200
yang diukur dengan IHK, terdapat dua hasil yang dapat terjadi dalam
perekonomian di tahun berikutnya yaitu tahun 2016. Gambar 6.7 menunjukkan kedua
hasil yang mungkin terjadi melalui model permintaan serta penawaran agregat,
sedangkan gambar 6.8 menunjukkan kedua hasil yang sama dengan menggunakan kurva
Phillips.

Gambar
6.7. Model Permintaan dan Penawaran Agregat
Implikasi
hasil produksi dan tingkat harga tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 6.7.
Titik A menunjukkan kondisi ekonomi dengan jumlah permintaan agregat barang dan
jasa yang relatif rendah, dengan hasil produksi 8.500 dan tingkat harga 202.
Titik B menggambarkan perekonomian dengan permintaan agregat yang relatif tinggi,
yaitu hasil produksi sebnyak 9.000 dan tingkat harga 206. Akibat dari
permintaan agregat lebih tinggi membuat perekonomian yaitu mendorong pergerakan
ekonomi kepada keseimbangan dengan hasil produksi dan tingkat harga yang
tinggi.

Gambar 6.8. Kurva Phillips dengan Hasil Produksi
Implikasi
pada pengangguran dan inflasi di tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 6.8. Pada
titik B memperlihatkan tingkat pengangguran yang lebih rendah dibandingkan
dengan titik A, hal ini disebabkan karena banyak pekerja yang dibutuhkan oleh
perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa yang lebih besar. Ketika hasil produksi mengalami kenaikan dari
8.500 ke 9.000 maka pengangguran jatuh dari 9% ke 6%. Pada titik B tingkat
harga dan tingkat inflasi memiliki nilai lebih tinggi daripada titik A. Tahun
2015 memiliki tingkat harga sebesar 200, titik A membawa tingkat inflasi
sebesar 4% sedangkan titik B dengan tingkat inflasi 8%. Perbandingan tersebut
memperlihatkan hasil yang dapat terjadi pada perekonomian, baik dari segi hasil
produksi dan tingkat harga yang memakai model penawaran serta permintaan
agregat maupun segi pengangguran dan inflasi yang menggunakan kurva Phillips.
5.
Kebijakan fiskal maupun moneter mampu menggeser kurva
permintaan agregat, oleh karenanya kebijakan fiskal dan moneter juga dapat
menggerakkan perekonomian di sepanjang kurva Phillips. Ketika terdapat
pemotongan pajak atau saat penawaran uang dan belanja pemerintah mengalami
kenaikan maka permintaan agregat akan meluas dan menyebabkan perekonomian
bergerak ke titik pada kurva Phillips yang mempunyai tingkat pengangguran lebih
rendah serta tingkat inflasi lebih tinggi. Ketika ada kenaikan pajak atau pada
saat terjadi penurunan penawaran uang dan potongan belanja pemerintah membuat
permintaan agregat mengerut dan perekonomian bergerak ke titik pada kurva
Phillips yang mempunyai tingkat pengangguran lebih tinggi dan inlasi lebih
rendah. Kurva Phillips mampu memberikan penawaran kepada para pembuat kebijakan
yang meliputi pilihan kombinasi inflasi dan pengangguran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar