Kamis, 10 Januari 2019

tugas ekonomi mikro lanjut: pengangguran dan inflasi


TUGAS MAKROEKONOMI LANJUT

 

 

Nama Anggota Kelompok: (K76170)

 

A.    Inflasi dan Pengangguran

Pilihan Ganda

1.      A

2.      B

3.      C

4.      A

5.      C

6.      B

7.      B

8.      D

9.      B

10.  D

Uraian

1.      Enam langkah yang disepakati dalam menjaga tingkat inflasi dalam batasoleh BI dan Pemerintahadalah mengimplementasikan arah (roadmap) pengendalian Inflasi sebagai acuan program Tim Pengendali Inflasi (TPI) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID); mengaktifkan sekretariat pengendalian inflasi yang berkedudukan di Kementerian Koordinator Perekonomian untuk mempermudah koordinasi Pusat dan Daerah yang membutuhkan dukungan Pemerintah Pusat; melibatkan KPPU dan penegak hukum untuk mengatasi permasalahan struktur pasar komoditas pangan; menyelenggarakan Rakornas VII TPID tahun 2016 pada bulan Agustus 2016, setelah penetapan Kepala Daerah baru untuk mendapatkan komitmen dari Kepala Daerah dalam upaya stabilisasi harga; melakukan extra effort dalam pengendalian inflasi komoditas pangan sebagai antisipasi tantangan inflasi harga yang diatur Pemerintah (administered prices) tahun 2016; memperkuat bauran kebijakan Bank Indonesia untuk memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi, khususnya pencapaian target inflasi 2016.

 

2.      Penyebab inflasi secara grafis dari aspek “demand pull inflation” dan “cost push inflation” beserta contoh riilnya, yaitu:

a.       Inflasi tarikan permintaan (demand – pull inflation)

Inflasi tarikan permintaan (demand – pull inflation), terjadi karena semakin meningkatnya permintaan agregat yang tidak disertai dengan meningkatnya penawaran agregat dalam jumlah yang proporsional. Permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan penawaran agregat.Perubahan  positif pada investasi, ekspor neto maupun pengeluaran pemerintah akan meningkatkan  permintaan agregat.


Contoh riilnya: Permintaan pada sepatu olahraga (speak bola dan futsal) specs yang meningkat drastis dari tahun ke tahun dikarenakan produk tersebut mempunyai berbagai variasi ukuran, motif, serta tingkat keamanan dan kenyamanan yang cukup baik saat dipakai. Sepatu merk ini yang dahulu mempunyai tingkat harga Rp 200.000,- hingga Rp 300.000,- setelah terjadi inflasi akibat naiknya permintaan, harganya sekarang naik menjadi Rp 400.000,- hingga Rp 500.000,-.

b.      Inflasi dorongan biaya (cost-push inflation)

Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya produksi seperti kenaikan upah, bahan baku maupun komponen biaya lainnya akan mendorong perubahan harga yang semakin tinggi.  Penjelasan kurva cost-push inflation sebagai berikut:


Contoh riil: Kenaikan harga BBM akan mengakibatkan inflasi untuk berbagai komuditas, karena kenaikan harga BBM akan mempengaruhi biaya distribusi (transportasi) sehingga berdampak pada biaya produsksi yang mengalami kenaikan.

 

3.      Peran pemerintah dalam menjaga pertumbuhan ekonomi agar pengangguran dan inflasi dapat diminimalkan

a.       Untuk mengatasi pengangguran

1)      Kebijakan fiskal: menambah pengeluaran pemerintah; mengurangi pajak.

2)      Kebijakan moneter: menambah penawaran uang; menurunkan tingkat suku bunga; menyediakan kredit khusus untuk sektor atau kegiatan tertentu.

3)      Kebijakan segi penawaran: mendorong lebih banyak investasi; mengembangakan infrastruktur; meningkakan efesiensi, administrasi pemerintahan; pemberian subsidi; mengurangi pajak perusahaan dan individu.

b.      Untuk mengatasi inflasi

1)      Kebijakan fiskal: menambah pengeluaran pemerintah; mengurangi pajak.

2)      Kebijakan moneter: mengurangi, menaikkan tingkat suku bunga; mematasi kredit.

3)      Kebijakan segi penawaran; elakukan langkah-langkah yang dapat mengurangi biaya produksi dan kestabilan harga, seperti mengurangi pajak impor dan pajak atas bahan mentah; melakukan penetapan harga; menggalakan pertambahan produksi dan perkembangan teknologi.

 

4.      Masyarakat dalam suatu negara sangatlah beragam dalam usia, budaya, pendidikan maupun status sosial ekonomi. Namun, masyarakat dalam usia produktif tidak semua bekerja, atau sebagian menganggur. Apabila terdapat masyarakat usia produktif yaitu 15 – 64 tahun, menghendaki tidak bekerja karena alasan tertentu seperti sekolah, ibu rumah tangga, ingin menikmati masa tua maka golongan masyarakat tersebut tidak dikategorikan sebagai pe3ngangguran. Sehingga konsep pengangguran adalah angkatan kerja yang ingin bekerja dan sedang mencari pekerjaan namun belum mendapat pekerjaan


 

Keterangan:

·         Bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja, tetapi tidak mencari kerja dengan alasan masih sekolah, ibu rumah tangga dan ingin menikmati masa tua bagi yang berusia 60 th keatas.

·         Tidak bekerja = pengangguran (underemployed)

 

5.      Dalam mengatasi atau mengurangi pengangguran, maka diperlukan kebijakan pemerintah, keterlibatan pihak swasta maupun masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat dengan bertambahnya pengeluaran investasi, pengeluaran pemerintah maupun meningkatnya ekspor netto akan memperluas kesempatan kerja yang pada akhirnya akan mengurangi pengangguran. Kebijakan fiskal pemerintah dengan menambah pengeluaran (government expenditure) maupun menurunkan pajak akan menggeser pengeluaran agregat semakin meningkat.

 

 

 



AE
 

 

 

 

 

 


                                                                                                         


Y2
 

0
 

Y1
 

Y2
 

Y1
 

0
 
450                                                                                                                    450

(a)     
Pengeluaran agregat awal pada AE1 dan keseimbangan terjadi pada E1 dengan output Y1.  Terdapat pengangguran sejumlah tertentu pada keseimbangan E1. Kebijakan fiskal untuk mengurangi pengangguran dengan mengurangi pajak  sehingga pengeluaran agregat meningkat  ( daya beli meningkat) dan keseimbangan yang baru pada E2 dengan output Y2.  Penambahan ini akan menambah kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran.
 
 
 
 

Pengeluaran agregat awal pada AE1 dan keseimbangan terjadi pada E1 dengan output Y1.  Terdapat pengangguran sejumlah tertentu pada keseimbangan E1. Kebijakan fiskal untuk mengurangi pengangguran dengan menambah pengeluaran pemerintah sehingga pengeluaran agregat meningkat dan keseimbangan yang baru pada E2 dengan output Y2.  Penambahan ini akan menambah kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran.
 
Efek penambahan pengeluaran pemerintah              (b) Efek pengeluaran pajak

 

 

 

 

 

 

Maka berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kebijakan pemerintah yang paling efektif dalam menangani inflasi dan pengangguran, yaitu dengan jalan meningkatkan pengeluaran pemerintah, yang akan berdampak meningatnya penawaran tenaga kerja sehingga mengurangi tingkat pengangguran. Karen peningkatan tenaga kerja  akan meyebabkan peningkatan pendapatan nasional sehingga tingkat inflasipun menurun. Selain itu, dalam kebijakan ini terdapat berbagai pihak yang diuntungkan serta kebermanfaatan yang dirasakan, salah satunya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kesejhteraan dan kemakmuran masyarakat.

 

 

B.     Trade off Inflasi dan Pengangguran

Pilihan Ganda

1.      D

2.      C

3.      A

4.      B

5.      D

6.      A

7.      C

8.      A

9.      D

10.  B

Uraian

1.      Perbedaan pemikiran teoritis 3 model penawaran agregat

a.      Model Harga-Kaku (Sticky Price Model)

Model harga kaku menggambarkan kondisi perusahaan yang tidak secara instan menyesuaikan harga yang ditetapkan perusahaan ketika menghadapi perubahan permintaan.Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti salah satunya adalah biaya.Struktur pasar menyebabkan harga yang ditetapkan perusahaan sulit berubah yaitu ketika perusahaan membutuhkan biaya lebih besar untuk mencetak dan mendistribusikan katalog (daftar harga), oleh karenanya perusahaan memutuskan untuk mempertahankan harga agar tidak merepotkan pelanggan tetap karena perubahan harga.

Model harga kaku mengabaikan asumsi persaingan sehingga perusahaan persaingan sempurna adalah penerima harga (price takers) dan bukan penentu harga (price setters).Perusahaan mampu menentukan harga ketika memiliki kendali monopoli atas harga yang ditetapkan. Keputusan penetapan harga (p) perusahaan tergantung pada dua variabel makroekonomi, yaitu:

a.       Tingkat harga keseluruhan (P)

Ketika biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan tinggi maka tingkat harga juga lebih tinggi, sehingga semakin tinggi tingkat harga keseluruhan (P) maka semakin besar harga yang dibebankan perusahaan pada produknya.

b.      Tingkat pendapatan agregat (Y)

Tingkat pendapatan agregat yang tinggi mampu meningkatkan permintaanproduk perusahaan.Naiknya biaya marjinal pada tingkat produksi yang lebih tinggi dan permintaan semakin besar, menyebabkan harga yang diinginkan perusahaan semakin tinggi.

Persamaan harga yang diinginkan perusahaan yaitu


Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh kesimpulan bahwa harga yang diinginkan perusahaan (p) tergantung pada tingkat harga secara keseluruhan (P) dengan tingkat output agregat relatif terhadap tingkat alamiah yaitu . Parameter  (yang lebih besar dari nol) mengukur berapa besar harga yang diinginkan perusahaan untuk menanggapi tingkat output agregat.

Jika dalam suatu perekonomian terdapat dua jenis perusahaan yaitu perusahaan dengan harga fleksibel dan perusahaan dengan harga kaku. Perusahaan dengan harga fleksibel menerapkan harga berdasarkan persamaan yang telah dijabarkan sebelumnya, sedangkan perusahaan dengan harga kaku (mencantumkan harga berdasarkan kondisi perekonomian yang diharapkan perusahaan) menggunakan persamaan berikut untuk menentukan harga


Huruf e menunjukkan nilai yang diharapkan dari sebuah variabel. Ketika perusahaan mengharapkan output berada dalam tingkat ilmiah membuat nilai menjadi nol, sehingga perusahaan menetapkan harga


Harga yang ditetapkan oleh perusahaan yang memiliki harga kaku dibuat berdasarkan prediksi bahwa perusahaan lain menetapkan harga yang sama.

Menderivasi persamaan penawaran agregat dapat menggunakan kaidah penetapan harga dari kedua perusahaan tersebut.Agar dapat menderivasikan persamaan tersebut dibutuhkan tingkat harga keseluruhan dalam suatu perekonomian yang merupakan rata-rata tertimbang dari harga yang telah ditetapkan oleh kedua perusahaan tersebut. Jika perusahaan dengan harga kaku adalah  dan perusahaan dengan harga fleksibel adalah , maka tingkat harga keseluruhan menjadi


Simbol pertama menunjukkan harga yang dimiliki perusahaan harga kaku sedangkan symbol kedua merupakan harga dari perusahaan dengan harga fleksibel. Sekarang kurangi  dari kedua sisi persamaan ini untuk mendapatkan


Kedua sisi dibagi dengan  agar dapat mencari tingkat harga keseluruhan yaitu


Kedua simbol dalam persamaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

·         Ketika perusahaan mengharapkan tingkat harga yang tinggi maka perusahaan juga mengharapkan biaya tinggi. Sekalipun terdapat perusahaan yang menggunakan harga tetap, pada akhirnya akan menetapkan harga tinggi, sehingga perusahaan lain ikut menetapkan harga yang tinggi pula. Kesimpulannya adalah tingkat harga tinggi yang diharapkan perusahaan atau menyebabkan tingginya tingkat harga aktual .

·         Ketika outputtinggi maka permintaan terhadap barang ikut tinggi. Perusahaan yang memiliki harga fleksibel akan menetapkan harga tinggi sehingga tingkat harga menjadi tinggi. Proporsi perusahaan yang memiliki harga fleksibel memberikan dampak output terhadap tingkat harga.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah tingkat harga keseluruhan tergantung pada tingkat harga yang diharapkan dan tergantung pada tingkat output.Keseluruhan persamaan yang telah dijelaskan sebelumnya mengantarkan pada kesimpulan rumus penetapan harga agregat


Di mana. Model harga kaku menyatakan bahwa penyimpangan output dari tingkat alamiah secara positif berkaitan dengan penyimpangan tingkat harga dari tingkat harga yang diharapkan.

b.      Model Upah Kaku

Model upah kaku digunakan untuk menggambarkan kurva penawaran agregat jangka pendek dengan bentuk kemiringan ke atas. Para ekonom menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh lambannya penyesuaian upah nominal.Ketika kondisi perekonomian berubah maka upah tidak dapat disesuaikan dengan cepat karena dalam perindustrian upah ditetapkan melalui kontrak jangka panjang.Dapatpula terjadi pembatasan upah para pekerja oleh karena industri yang tidak dilindungi dengan kontrak serta bergantungnya upah pada norma sosial dan gagasan keadilan yang terus berkembang. Keadaan tersebut mengakibatkan ekonom percaya jika upah nominal bersifat kaku dalam jangka pendek.

Model ini menunjukkan pengaruh upah nominal kaku terhadap penawaran agregat. Perhatikanlah penjelasan berikut untuk memahami pengaruh kenaikan harga terhadap jumlah output yang diproduksi

1)      Ketika upah nominal tetap maka upah riil akan turun ketika tingkat harga mengalami kenaikan yang berdampak pada biaya tenaga kerja lebih murah.

2)      Rendahnya upah riil membuat perusahaan memakai tenaga kerja lebih banyak.

3)      Penggunaan tenaga kerja tambahan berdampak pada peningkatan jumlah output produksi.

Ketika upah nominal tidak dapat disesuaikan maka kurva penawaran agregat miring ke atas, hal tersebut disebabkan oleh hubungan positif antara tingkat harga dengan jumlah output.

Perhatikan penjelasan berikut ini! Perusahaan dan pekerja melakukan kesepakatan upah nominal sebelum mengetahui tingkat harga yang tercipta pada saat kesepakatan tersebut memberikan dampak.Perusahaan serta pekerja mengetahui upah riil target yang merupakan upah riil yang menjadi penyeimbang penawaran dan permintaan tenaga kerja. Perlu diketahui bila upah riil target memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan upah riil ekuilibrium karena kekuatan serikat kerja dan pertimbangan upah efisien lebih mempertahankan upah di atas tingkat yang membawa penawaran dan permintaan menuju pada keseimbangan.


Pekerja dan perusahaan menentukan upah nominal  berdasarkan upah riil target  dan tingkat harga yang mereka harapkan . Upah nominal telah ditetapkan serta sebelum tenaga kerja ditarik, perusahaan mempelajari tingkat harga aktual . Sehingga upah riil berubah menjadi


atau


Berdasarkan persamaan tersebut dapat dijelaskan bila upah riil menyimpang dari targetnya apabila tingkat harga aktual berbeda dari tingkat harga yang diharapkan.Ketika upah riil menjadi lebih kecil dari targetnya hal tersebut disebabkan karena tingkat harga aktual lebih besar dari yang diharapkan, namun ketika tingkat harga aktual kurang dari yang diharapkan membuat upah riil lebih besar dari targetnya.

Model upah kaku atau sticky wage model juga berasumsi bila kesepakatan yang tercipta antara perusahaan dan pekerja tidak mempengaruhi kesempatan kerja sebab kesempatan kerja dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja yang diminta oleh perusahaan.Hal ini tidak berlaku ketika tenaga kerja yang disepakati pekerja sesuai dengan keinginan perusahaan dengan tingkat upah yang telah ditetapkan sebelumnya. Fungsi permintaan tenaga kerja yang dapat tercipta ketika perusahaan membuat keputusan penggunaan tenaga kerja yaitu:


Fungsi permintaan tenaga kerja tersebut menyatakan bahwa upah riil rendah dan tenaga kerja yang dipekerjakan perusahaan semakin banyak. Perhatikan gambar 6.1 yang menunjukkan kurva permintaan tenaga kerja! Selain itu output perusahaan ditentukan oleh fungsi produksi berikut ini:


Fungsi produksi tersebut menyatakan bahwa semakin banyak tenaga kerja yang dipekerjakan perusahaan maka semakin banyak pula output yang dihasilkan dalam produksi. Pernyataan tersebut tercermin dalam gambar 6.2.

Kurva penawaran agregat ditunjukkan dalam gambar 6.3. Upah nominal yang bersifat kaku membuat perubahan yang tidak diharapkan dalam tingkat harga menjauhkan upah riil dari upah riil target, selain itu perubahan upah riil mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang digunakan perusahaan untuk proses produksi serta jumlah output yang dapat dihasilkan perusahaan. Kurva penawaran agregat dalam model upah kaku dapat ditulis sebagai


Output akan menyimpang dari tingkat alamiah ketika tingkat harga menyimpang dari tingkat harga yang diharapkan.


Gambar 6.1. Kurva Permintaan Tenaga Kerja dalam Model Upah Kaku

 

Gambar 6.1. menunjukkan kurva permintaan tenaga kerja dalam model upah kaku. Ketika terjadi kenaikan tingkat harga dari  ke  membuat upah riil menurun dari  ke  , hal ini dapat terjadi karena nilai upah nominal  tidak berubah. Upah riil yang lebih rendah tersebut menyebabkan jumlah tenaga kerja meningkat dari  ke .


Gambar 6.2. Fungsi Produksi dalam Model Upah Kaku

 

Gambar 6.2  menunjukkan fungsi produksi dalam model upah kaku. Jumlah tenaga kerja yang meningkat dari  ke  menyebabkan kenaikan output dari  ke .


Gambar 6.3. Penawaran Agregat dalam Model Upah Kaku

 

Gambar 6.3. menunjukkan kurva penawaran agregat dalam model upah kaku. Kurva ini meringkas hubungan antara tingkat harga dan output. Harga yang meningkat dari  ke  meningkatkan output dari  ke .

c.       Model Informasi Tak Sempurna

Model informasi tak sempurna dapat disebut juga sebagai imperfect-information model. Model ini mengasumsikan bahwa seluruh upah dan harga pasar bebas menyesuaikan diri dalam keseimbangan permintaan dan penawaran. Selain itu model informasi tak sempurna memiliki kurva penawaran agregat berbeda yang disebabkan kesalahan persepsi temporer harga sehingga kuva dalam jangka panjang dan jangka pendek berbeda.

 

2.      Tingkat pengangguran alamiah dipengaruhi oleh beragam ciri pasar tenaga kerja diantaranya yaitu UU upah minimum, peranan upah efisiensi, kekuasaan pasar serikat pekerja, dan keefektifan pencarian kerja. Tingkat inflasi dipengaruhi oleh pertumbuhan jumlah uang beredar atau JUB yang dikendalikan bank sentral. Dalam jangka panjang kedua faktor tersebut yaitu inflasi dan pengangguran tidak saling berhubungan, namun dalam jangka pendek akan terjadi tradeoff (pertukaran kepentingan) jangka pendek antara dua faktor tersebut. Pembuat kebijakan dapat memperkecil pengangguran dan inflasi melalui kebijakan moneter dan fiskal.

Melalui kebijakan tersebut permintaan agregat dapat dinaikkan dan kemudian membuat perekonomian sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek meningkat, namun ternyata di sisi lain tingkat inflasi menjadi tinggi walaupun tingkat pengangguran dapat diperkecil untuk sementara waktu. Ketika pembuat kebijakan memilih mengurangi permintaan agregat serta menurunkan perekonomian sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek, membuat tingkat pengangguran meningkat walaupun tingkat inflasi dapat diperkecil.

 

3.      Apa yang dimaksud dengan kurva Philips? Kurva Phillips merupakan hubungan jangka pendek inflasi dengan pengangguran. Artikel milik A. W. Phillips (1958) berjudul “The Relationship between Unemployment and Rate of Change of Money Wages in the United Kingdom, 1861-1957”, menjelaskan hubungan negatif antara pengangguran dengan inflasi. Ketika tingkat pengangguran rendah maka inflasi cenderung tinggi dalam tahun tersebut, sedangkan pada saat inflasi rendah maka tingkat pengangguran adalah tinggi. Dua tahun kemudian Paul Samuelson dan Robert Solow membuat artikel berjudul “Analytics of Anti-Inflation Policy” dengan data di negara Amerika Serikat. Hal serupa ditemukan oleh mereka bahwa pengangguran dan inflasi memiliki korelasi negatif, kemudian Samuelson serta Solow menyebut hubungan negatif ini dengan nama kurva Phillips. Kurva Phillips dinilai mampu memberikan peranan penting bagi pembuat kebijakan. Perhatikan gambar 6.6


Gambar 6.6. Kurva Phillips

Kurva Phillips memberikan pilihan pada pembuat kebijakan mengenai hasil perekonomian yang mungkin dapat terjadi nantinya. Pembuat kebijakan dapat mengubah kebijakan fiskal maupun moneter yang dapat memengaruhi permintaan agregat yaitu dengan memilih titik dalam kurva Phillips. Jika pembuat kebijakan mengharapkan pengangguran yang tinggi serta tingkat inflasi yang rendah maka mereka dapat memilih titik A, sedangkan apabila mengharapkan rendahnya tingkat pengangguran dan inflasi tinggi maka titik B yang harus dipilih. Pada akhirnya kebijakan manapun mustahil mewujudkan keadaan dimana tingkat inflasi serta pengangguran rendah, karenanya tradeoff inflasi dan pengangguran selalu dihadapi bagi pembuat kebijakan.

 

4.      Model penawaran dan permintaan agregat memberi penjelasan dalam mengambil pilihan dari pilihan yang dapat terjadi ketika dicerminkan kurva Phillips. Kurva Phillips memperlihatkan bagaimana kenaikan inflasi dan pengangguran pada jangka pendek saat terjadi pergerakan perekonomian di sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek karena adanya pergeseran kurva permintaan agregat. Meningkatnya permintaan agregat barang dan jasa dalam jangka pendek membuat hasil produksi (barang maupun jasa) lebih besar serta dengan tingkat harga lebih tinggi. Jumlah produksi yang jauh lebih besar menandakan tingkat produktivitas tinggi, dengan kata lain tingkat pengangguran menjadi lebih rendah. Namun perlu diingat, semakin tinggi tingkat harga pada tahun berjalan maka semakin tinggi tingkat inflasi, berapa pun tingkat harga di tahun sebelumnya. Kesimpulannya adalah pergeseran permintaan agregat menyebabkan inflasi serta pengangguran ke arah berlawanan pada jangka pendek (hubungan yang diperlihatkan dalam kurva Phillips). Perhatikanlah gambar 6.7 dan gambar 6.8

Pada tahun 2015 tingkat harga memiliki nilai sebesar 200 yang diukur dengan IHK, terdapat dua hasil yang dapat terjadi dalam perekonomian di tahun berikutnya yaitu tahun 2016. Gambar 6.7 menunjukkan kedua hasil yang mungkin terjadi melalui model permintaan serta penawaran agregat, sedangkan gambar 6.8 menunjukkan kedua hasil yang sama dengan menggunakan kurva Phillips.


Gambar 6.7. Model Permintaan dan Penawaran Agregat

Implikasi hasil produksi dan tingkat harga tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 6.7. Titik A menunjukkan kondisi ekonomi dengan jumlah permintaan agregat barang dan jasa yang relatif rendah, dengan hasil produksi 8.500 dan tingkat harga 202. Titik B menggambarkan perekonomian dengan permintaan agregat yang relatif tinggi, yaitu hasil produksi sebnyak 9.000 dan tingkat harga 206. Akibat dari permintaan agregat lebih tinggi membuat perekonomian yaitu mendorong pergerakan ekonomi kepada keseimbangan dengan hasil produksi dan tingkat harga yang tinggi.


Gambar 6.8. Kurva Phillips dengan Hasil Produksi

Implikasi pada pengangguran dan inflasi di tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 6.8. Pada titik B memperlihatkan tingkat pengangguran yang lebih rendah dibandingkan dengan titik A, hal ini disebabkan karena banyak pekerja yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa yang lebih besar.  Ketika hasil produksi mengalami kenaikan dari 8.500 ke 9.000 maka pengangguran jatuh dari 9% ke 6%. Pada titik B tingkat harga dan tingkat inflasi memiliki nilai lebih tinggi daripada titik A. Tahun 2015 memiliki tingkat harga sebesar 200, titik A membawa tingkat inflasi sebesar 4% sedangkan titik B dengan tingkat inflasi 8%. Perbandingan tersebut memperlihatkan hasil yang dapat terjadi pada perekonomian, baik dari segi hasil produksi dan tingkat harga yang memakai model penawaran serta permintaan agregat maupun segi pengangguran dan inflasi yang menggunakan kurva Phillips.

 

5.      Kebijakan fiskal maupun moneter mampu menggeser kurva permintaan agregat, oleh karenanya kebijakan fiskal dan moneter juga dapat menggerakkan perekonomian di sepanjang kurva Phillips. Ketika terdapat pemotongan pajak atau saat penawaran uang dan belanja pemerintah mengalami kenaikan maka permintaan agregat akan meluas dan menyebabkan perekonomian bergerak ke titik pada kurva Phillips yang mempunyai tingkat pengangguran lebih rendah serta tingkat inflasi lebih tinggi. Ketika ada kenaikan pajak atau pada saat terjadi penurunan penawaran uang dan potongan belanja pemerintah membuat permintaan agregat mengerut dan perekonomian bergerak ke titik pada kurva Phillips yang mempunyai tingkat pengangguran lebih tinggi dan inlasi lebih rendah. Kurva Phillips mampu memberikan penawaran kepada para pembuat kebijakan yang meliputi pilihan kombinasi inflasi dan pengangguran.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MASA DEPAN EKONOMI ISLAM

MASA DEPAN EKONOMI ISLAM Masalah ekonomi zaman sekarang dan ketidakmampuan ekonomi neoklasik untuk menganalisisnya dan menyaranka...