Rabu, 06 November 2019

Peluang dan Tantangan Faktor Produksi Indonesia dan Hubungan Antara Teori Theodore Schultz dengan Tenaga Kerja Di Indonesia


Peluang dan Tantangan Faktor Produksi Indonesia dan Hubungan Antara Teori Theodore Schultz dengan Tenaga Kerja  Di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya, akan sumber daya alam dan sumber daya manusia( SDM) seharusnya, kekeayaanini membuat indonesia mendapat julukan negara maju. Namun faktanya tidak, salah satu faktor penyebabnya yaitu Indonesia merupakan negara ketergantungan terhadap kekayaan alam tanpa diimbangi dengan peningkatan pengelolaan kemampuan dan kualitas SDM. Ini menandakan bahwa Indonesia kaya akan sumber daya kuantitas bukan kualitasnya. Terbukti dari data Human Development Index (HDI) pada tahun 2010, Indonesia berada di urutan 106 dari 169 negara di dunia.
Pertumbuhan ekonomi  di negara berkembang seperti Negara Indonesia, begitu penting untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi supaya dapat sejajar dengan  negara-negara  maju.Tanpa adanya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi, maka tidak akan terjadi kenaikan  taraf  kesempatan kerja,  kesejahteraan masyarakat,  distribusi pendapatan dan produktivitas.
Berdasarkan data dari BPS  pada tahun 2008-2011 menunjukan bahwa laju  pertumbuhan ekonomi  Indonesia mengalami tidak stabil ini disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi seperti tingkat pendidikan, sumberdaya alam, sumber daya manusia, investasi, tenaga kerja, pengeluaran pemerintah, dan pengetahuan teknologi.
Untuk itu,dibutuhkan hubungan human capital investmet  sebagai faktor pendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi  dalam  mencapai tujuan di bidang kesehatan, pendidikan, kependudukan, dan tenaga kerja untuk meningkatkan kompetensi dan ketrampilan tenaga kerja dalam menghadapi tantangan dan mengisi peluang di Indonesiaatau antar negara di dunia.



1.2 Tujuan
Untuk mengetahui peluang dan  tantangan  faktor  produksi  tenaga  kerja  di Indonesiaa dan  hubungannya dengan teori Theodore Schultz di Indonesia dan bagaimana cara pemerintah  melakukan penyelesaianya melalui  kebijakannya, anggaran dan strateginya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Peluang  dan  Tantangan Faktor Produksi Indonesia dan Hubungan Teori Schultz dengan Tenaga Kerja di Indonesia dan Kebijakan,  Anggaran, dan Strategi Pemerintah
A.           Peluang dan Tantangan Faktor Produksi Sumber Daya Manusia di Indonesia
Ilmu  pengetahuan  bukanlah  hal baru yang digunakan dalam  teori ekonomi dan penyusunan model. Adam  Smith  pernah mengagas tentang  spesialiasi  pekerjaan yang  merujuk  pada  buruh yang mampu  membuat  kontribusi  proses produksi, ilmu yang  berguna dengan  produktif.  Fridrich  List, Romer dan Grossman  menyoba menyusun teori pertumbuhan ekonomi berdasarkan knowledge
Berdasarkan fungsi produksi oleh ekonom  neo-klasik, return on investment  akan menurun manakala terdapat penambahan  modal dalam  perekonomian, sebagai efek daari pengurang adanya penggunaan teknologi baru dalam  proses produksi. Meskipun mereka menyadari pentingnya peggunaan teknologi, akan tetapi mereka tidak melakukan analisis lanjut. Namun pada terakhir dekade ini para ekonom mulai menitik beratkan teknologi pada proses produksi.  Berdasarkan  penelitian itu, mereka menemukan  sebagai knowledge yang dapat  mendorong peningkatan return on investment dengan asumsi  knowledge mampu menstimulasi terjadinya efesiensi metode produksi dan  menciptakan  produk  baru  yang  inovatif  dan berkembang. Hal ini akan  mendorong investor untuk melakukan investasi lagi di bidang pengetaahuan teknologi . Investasi baru ini akan memiliki sifat berkelanjutan dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dari sebuah negara.
Kualitas  SDM dapat diukur  dengan  menggunakan beberapa aspek  seperti yaitu kondisi demografis penduduk Indonesia, kondisi ketenagakerjaan, kualitas Index pembangunan manusia Indonesia dan tingkat literasi masyarakat Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain.
Data Pengangguran Terbuka  Menurut Pendidikan Tertinggi pada tahun 2012 – 2015 menunjukkan pengangguran terbuka mengalami peningkatan dikarenakan kualitas lulusan yang dihasilkan tidak memenuhi kriteria yang dibutuhkan oleh perusahaan. Hal ini jika terjadi secara terus menerus, akan  memicu terjadinya demografis. Angka pengangguran yang semakin tinggi, membuat rasio tingginya tingkat ketergantungan penduduk usia produktif. Jika kondisi ini terjadi secara berkesinambungan,  Indonesia akan  mengalami bonus demografi.  Kondisi dimana jumlah penduduk usia produktif jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk usia non produktif.
Ternyata bonus demografi juga membawa peluang yaitu:
1.      Tersedianya  lapangan kerja bagi penduduk usia produktif, sehingga penduduk tersebut secara finansial akan  dapat menopang keberadaan penduduk usia non produktif.
2.      Penduduk  dengan  usia kerja akan benar-benar menjadi produktif ketika dibekali skill dan pendidikan yang memadai
3.      Semakin  mudahnya  barang atau  jasa  produksi  Indonesia untuk  memasuki  kawasan  pasaran  luar  negeri dan hilangnya hambatan  non-tarif seperti kuota dan lainnya  
Namun ternyata bonus demografi juga membawa tantangan yang berupa:
1.      Menambah  jumlah  pengangguran  ketika  perdagangan bebas ASEAN dibuka justruh mereka kalah saing skill dan kemampuan dengan pekerja lain dari luar negeri yang
2.      Memanfaatkan  peluang  untuk  mengembangkan  industri  dan  menghasilkan  produk-produk  yang  mampu  berdaya saing secara internasional
3.      Bagaimana menciptakan  setiap sektor ekonomi seperti sektor  pertanian  dan industri  yang  efisien,  efektif,  dinamis  dan  berkelanjutan,  penyebarluasan teknologi  dan  inovasi  yang  terkait  dengan  sistem  produksi,  packaging,  serta pemasaran.


B.   Hubungan Teori Schultz dengan Tenaga Kerja di Indonesia
Terdapat hubungan antara tenaga kerja dengan  teori teori yang dikemukanan oleh Theodore Schultz yang tercantum dalam  Human capital secara bahasa tersusun atas dua kata dasar yaitu manusia dan  modal. Konsep human capital didefinisikan menjadi tiga:
Konsep pertama  merupakan human capital sebagai aspek individual yang  menyatakan bahwa modal manusia merupakan kemampuan yang ada pada diri manusia seperti ketrampilan dan  pengetahuan.
Konsep kedua mengatakan  bahwa  human capital adalah pengetahuan dan keterampilan yang didiperoleh  melalui aktifitas pendidikan formal ataupun non formal. seperti sekolah, kursus, dan pelatihan. Konsep dasarnnya  mengatakan bahwa human capital adalah sesuatu yang didapatkan melalui akumulasi tertentu.  
Konsep ketiga menyatakan bahwa human capital  adalah  sumber mendasar dari produktifitas ekonomi dan sebuah investasi yang dilakukan manusia untuk meningkatkan produktifitasnya. Atau  bisa dikatakan bahwa human capital adalah gabungan dari pendidikan, pelatihan,  pengalaman, keterampilan, kebiasaan, kesehatan, energy dan inisiatif yang memengaruhi produktifitas manusia.
Sekarang pertumbuhan ekonomi tidak bisa bertumpu pada faktor produksi berupa modal uang dan tanah, akan tetapi telah terjadi pergeseran human capital menjadi faktor produksi kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan senjata bagi sebuah negara untuk memenangkan kompetisi global (competitive advantage of nation).
Schultz (1961)  berpendapat  bahwa human capital adalah salah satu faktor penting dalam  peningkatan produktifitas ekonomi di suatu  negara.  Human capital muncul pertama  kali  tahun 1776 di bidang ekonomi klasik (Fitzsimons, 1999). Human capital dapat diperoleh melalui dua cara. Pertama, manusia digunakan sebagai tenaga kerja berdasarkan jumlah  kuantitatifnya. Hal ini  bahwa semakin banyak jumlah manusia atau  tenaga kerja maka produktifitas semakin tinggi. Kedua, investasi adalah cara utama dalam  mendapatkan human capital. Pelatihan dan  pendidikan manusia akan meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, sehingga produktifitas juga akan meningkat. Cara kedua ini tidak lagi mementingkan kuantitas jumlah tenaga kerja.
Menurut Todaro (2000)  mengungkapkan bahwa Beberapa hubungan point-point teori Theodore Schultz dengan Human Capital Investmen (Faktor Produksi Tenaga Kerja) di Indonesia, yaitu:
1.      Fasilitas dan Layanan Kesehatan:
Human capital dapat diukur melalui bidang pendidikan dan  kesehatan. Hal ini dapat dijelaskan jika semakin tinggi pendidikan / pelatihan  maka kemampuan dan keterampilan yang dimiliki semakin tinggi. Sementara itu, pendidikan  tinggi yang dimiliki tanpa adanya tubuh yang sehat tidak akan menaikkan produktifitas. Sementara itu, pendidikan yang tinggi juga dapat memengaruhi tingkat kesadaran kesehatan seseorang.
Pengukuran indikator kesehatan dalam human capital dilakukan dengan menggunakan nilai angka harapan  hidup (AHH). Nilai AHH merupakan rata-rata perkiraan  banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup (Mantra, 2000). Semakin tinggi angka harapan hidup seseorang maka semakin berkualitas indikator kesehatannya. Ada banyak metode yang dapat digunakan untuk mengukur  kesehatan seperti kematian bayi dan  kematian  ibu hamil, hal ini bergantung dari tujuan penelitian yang diharapkan.
2.        Pelatihan Pengembangan Kompetensi:
Kompetensi adalah  karakteristik berupa  pengetahuan, keahlian, dan kepribadian yang  mempengaruhi kinerja. Spencer and  Spencer (2003: 25) menyatakan terdapat 5 karakteristik kompetensi: (1) Motif adalah apa yang mendorong individu melakukan sesuatu (2) Ciri fisik dan reaksi yang bersifat kosisten terhadap apa yang terjadi di lingkungan (3) Konsep Diri adalah cara individu memandang dirinya sendiri (4) Pengetahuan  adalah  informasi yang dimiliki seseorang tentang sesuatu  (5) Keterampilan adalah kemampuan melaksanakan tuas-tugas fisik dan mental yang  mudah untuk dikembangkan  melalui program pelatihan dan psikoterapi atau pengalaman  pengembangan  yang positif, walaupun  memerlukan jangka waktu yang lama
3.      Tingkat Pendidikan Formal:
Pengukuran indikator pendidikan dapat dilakukan dengan menggabungkan dua komponen, yaitu  angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Angka melek huruf adalah  persentase  penduduk usia 15 tahun  keatas yang dapat membaca, menulis huruf latin dan atau huruf lainnya (www.bps.go.id).  Kedua komponen tersebut meupakan ukuran yang tepat dalam menentukan kualitas pendidikan sesorang.  Rata-rata lama sekolah dapat secara jelas menggambarkan kualtias pendidikan seseorang, seperti lulusan SD dengan lulusan Doktor akan memiliki perbedaan kemampuan yang berpengaruh terhadap tingkat produktifitas.
4.    Prodi Keahlian untuk mereka yang telah dianggap
Apabila faktor produksi tenaga kerja yang memenuhi sebuah perusahan atau organisasi pasar sudah memiliki tingkat dan kriteria yang sesuai dengan bidang keahlian yang dibutuhkan maka langkah selanjutnya yaitu memberikan ekstra pelatuhan agar potensi, kemampuan dan keahlian dari tenaga kerja dapat diasah sehingga memunculkan sifat-sifat berdaya saing tinggi, berkompeten sesuai tuntunan zaman, mandiri dalam bekerja, bertanggung jawab sesuai beban yang dipikul dan lainnya. Hal ini akan mendorong perusahaan memiliki nilai lebih dari faktor produksi sumber daya manusia, skibatnya dapat meminimilasir biaya produksi melalu adanya peningkatan faktor produksi tenaga kerja meskipun membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
5.      Migrasi Individu
Migrasi Individu disebabkan karena dua hal yaitu,
a)    Vounter/ Keinginan Individu
Kemiskinan dan ketidakmampuan untuk mendapatkan nafkah atau menghasilkan produk yang cukup untuk mendukung seseorang/  keluarganya, merupakan alasan utama di balik perpindahan pencari kerja dari satu negara ke negara lain. Secara garis besar  sebagian besar migran   melakukan migrasi lintas  negara karena  factor ekonomi. orang melakukan migrasi karena adanya perbedaan  upah.  Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan pendapatan antara negara berkembang dan negara industri (maju) dan upah dinegara maju kebih besar dari pada di negara berkembang.
b)      Terpaksa
Hal tersebut didorong oleh adanya kondisi bahwa banyak tersedia pekerjaan di negara-negara maju untuk pekerja imigran. Pekerja hampir selalu dibutuhkan walaupun keadaan ekonomi suatu  negara sedang lesu. Namun walaupun pekerja sangat dibutuhkan, banyak pekerja imigran yang menganggur dan hanya melakukan pekerjaan tidak tetap tidak menyenangkan, pekerjaan berat, jangka waktu tidak tetap (temporer) atau dengan arti lain adanya gangguan yang disebabkan oleh pembangunan social dan ekonomi.
Adanya pembangunan besar-besaran menyebabkan orang-orang yang tergusur oleh pembangunan tersebut meninggalkan daerah  asalnya dan menuju ke negara dunia ketiga dan di kota-kota lainnya. Karena tidak semua kota tidak bisa menyediakan pekerjaan bagi imigran maka orang-orang tersebut terpaksa bermigrasi ke tempat atau negara lain yang lebih jauh.

Faktor utama individu melakukan migrasi yaitu (1) Ketidakseimbangan pasar kerja menyebabkan peningkatan pengangguran di negara asal dan meningkatkan permintaan akan pekerjaan, setidaknya untuk beberapa jenis pekerjaan. Sementara itu, permintaan tenaga kerja dari negara tetangga, yang elatif tidak terimbas krisis ekonomi merupakan peluang bagi para pekerja (2) Memandang migrasi sebagai strategi keluarga untuk menambah pemasukan pendapatan, memperkecil resiko bagi rumah tangga, dan overcome barriers to credit and capital. (3) Migrasi tidak terlalu dipengaruhi oleh adanya perbedaan upah tapi oleh adanya kebijakan ke arah investasi yang luar negeri dan ke arah internasional tentang capital and goods. (5) upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mencari dan menemukan sesuatu yang baru (innovative migration), atau mempertahankan apa yang telah dimilikinya (conservative migration).
Kebijakan,  Anggaran, dan Strategi Pemerintah
1.      Alokasi anggaran Pendidikan
Presentase jumlah penduduk yang tidak lulus SD sampai dengan yang lulus SMP masih cukup tinggi pada tahun 2010- 2016 yaitu  sebesar 41 % atau 2.79/7.56 juta jiwa. Untuk meningkatkan jumlah penduduk yang mampu  menamatkan pendidikan  SMU dan bahkan perguruan tinggi, diperlukan keperpihakan pemerintah melalui kebijakan anggaran di bidang pendidikan, sehingga diharapkan seluruh penduduk Indonesia dapat mengakses secra gratis jenjang pendidikan mulai dari SD sampai dengan SMU. 
Dalam data Alokasi Anggaran Pendidikan Negara Indonesia tahun 2010- 2016  diartikan meskipun prosentase anggaran pendidikan dari total belanja pemerintah pusat selama lima tahun terakhir naik dan turun, akan tetapi secara absolut angkanya terus bertambah. Program bantuan sekolah gartis yang sebelumnya hanya sampai dengan jenjang SMP, kini meningkat sampai dengan jenjang SMU. Pertanyaannya adalah, apakah jumlah uang/anggaran yang dialokasikan untuk sektor pendidikan berpengaruh terhadap jumlah penduduk yang lulus pada jenjang pendidikan yang disubsidi, dan apakah juga berpengaruh pada penghasilan seseorang di kemudian hari
Menurut Sulistyaningrum (2016) dalam  penelitiannya  mengenai dampak kebijakan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) menemukan, terdapat korelasi yang positif antara program BOS terhadap kualitas lulusan yang tercermin pada test score (hasil ujian nasional). Siswa yang mendapatkan BOS akan lebih tinggi nilai ujian nasionalnya secara rata-rata sebesar 0.3, dengan skala nilai 0-10. Namun demikian, program BOS tidak terlalu memberikan dampak bagi siswa yang sangat miskin, karena besarnya bantuan BOS untuk siswa SD, dirasakan hanya cukup untuk membiaya biaya formal sekolah seperti SPP, biaya ujian, biaya registrasi, dan seragam sekolah. Sedangkan biaya pendidikan lainnya yang sebenarnya juga cukup besar dirasa belum cukup. Sementara itu siswa miskin terutama yang di pedesaan, tinggalnya agak jauh dari lokasi sekolah, harus mengeluarkan biaya transportasi setiap harinya. Untuk itu perlu dipertimbangkan kembali alokasi dari besarnya bantuan BOS tersebut per siswa, terutama siswa miskin.
2.      Kurikulum Pendidikan yang Berbasis Experential Learning
Mereka memenangkan lomba desain jet engine bracket dengan mengalahkan para insinyur  lulusan universitas terbaik dari seluruh dunia. Kejadian kedua berasal dari Karanganyar Jawa tengah, seorang pemuda bernama Muhammad Kusrin yang hanya mengenyam pendidikan SD mampu merakit dan memproduksi televisi, justru divonis enam bulan penjara oleh Pengadilan Negri Karanganyar.
Mereka tidak hanya berhasil mengatasi sekat pendidikan formal, akan tetapi juga mampu mempekerjakan tetangga sekitarnya untuk menjadi produktif. Pesan moral dari kejadian ini adalah, belajar dengan praktik kerja lansung disertai usaha pantang menyerah akan mengantarkan seseorang mampu menciptakan karya padat teknologi yang luar biasa. Kejadian ini juga memberi pesan kepada pemerintah untuk mendesain kurikulum pendidikan yang lebih tepat untuk menciptakan lulusan yang handal.
3.    Ekonomi Kreatif dan Sharing Economy
Kontroversi mengenai gojek dan uber yang menyita perhatian pemerintah. Pertama, dengan memanfaatkan informasi dan teknologi komunikasi, ojek konvensional yang semula merupakan produk jasa biasa, dapat disulap menjadi komoditas yang kolosal. Kedua, dengan kreativitas ide di bidang informasi teknologi, aplikasi pemesanan ojek dan taksi mampu menciptakan banyak sekali lapangan kerja bagi pemilik kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat.
Ekonomi kreatif lain yang mampu menyerap tenaga kerja dengan jumlah banyak adalah industri pariwisata. Pada saat ini banyak sekali dijumpai konsep pariwisata dengan berbagai macam pendekatan, mulai dari ecotourism yang memadukan wisata dan keunikan kekayaan alam, etnotourism yang memadukan wisata dengan kekayaan budaya khas lokal, dan lain sebagainya. Booming industri pariwisata ini tak lepas dari aspek kekayaan ide dan penyebarannya dibantu kecanggihan teknologi informasi. Banyuwangi yang semula merupakan kawasan yang identik dengan kemiskinan dan ilmu santet, secara revolusioner mampu keluar sebagai kabupaten dengan tingkat pengangguran terendah di Jawa Timur. Banyuwangi kini tidak lagi identik dengan ilmu santet, tapi identik dengan kejuaraan sepeda tour de ijen yang menjual kawasan gunung ijen dengan kawah birunya yang terkenal. Dengan bantuan teknologi IT, penduduk dari berbagai penjuru dunia dan domestik antusias untuk menyaksikan Banyuwangi Karnival, atau buah durian merah khas Banyuwangi.

BAB II
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi  di negara berkembang seperti Negara Indonesia, begitu penting untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi supaya dapat sejajar dengan  negara-negara  maju.Tanpa adanya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi, maka tidak akan terjadi kenaikan  taraf  kesempatan kerja,  kesejahteraan masyarakat,  distribusi pendapatan dan produktivitas. Kualitas  SDM dapat diukur  dengan  menggunakan beberapa aspek  seperti yaitu kondisi demografis penduduk Indonesia Ternyata bonus demografi juga membawa peluang seperti Tersedianya  lapangan kerja bagi penduduk usia produktif, sehingga penduduk tersebut secara finansial akan  dapat menopang keberadaan penduduk usia non Namun ternyata bonus demografi juga membawa tantangan seperti Menambah  jumlah  pengangguran  ketika  perdagangan bebas ASEAN dibuka justruh mereka kalah saing skill dan kemampuan dengan pekerja lain dari luar negeri yang
Sekarang pertumbuhan ekonomi tidak bisa bertumpu pada faktor produksi berupa modal uang dan tanah, akan tetapi telah terjadi pergeseran human capital menjadi faktor produksi kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan senjata bagi sebuah negara untuk memenangkan kompetisi global (competitive advantage of nation). Beberapa hubungan point-point teori Theodore Schultz dengan Human Capital Investmen (Faktor Produksi Tenaga Kerja) di Indonesia, yaitu:  Fasilitas dan Layanan Kesehatan, Pelatihan Pengembangan Kompetensi, Tingkat Pendidikan Formal, Prodi Keahlian untuk mereka yang telah dianggap dan Migrasi Individu disebabkan karena dua hal yaitu Vounter/ Keinginan Individu dan Terpaksa. Pemerintah juga ikut andil dalam mengambil keputusan disetiap tindakannya seperti mengeluarkan kebijakan, menyisihkan anggaran dalam berbagai bidang vital dan menyusun serta melaksanan strategi sesuai dengan tujuan tertentu yang dikehendaki.

DAFTAR PUSTAKA


Petiana, I., Iranto, D., Wibowo, A.  2015.  TINGKAT PENDIDIKAN TENAGA KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR PENDIDIKAN, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TAHUN 2008-2012. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta : Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis, Vol. 3 (1)


 Nurkholis, A. 2016. TEORI PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA:  Human Capital Theory, Human Investment Theory, Human Development Theory, Sustainable Development Theory, People Centered Development Theory .

Sulistyaningrum, E. 2014. Potret Kondisi Human Capital di Indonesia : Permasalahan dan Tantangan. (Online) https://macroeconomicdashboard.feb.ugm.ac.id/potret-kondisi-human-capital-di-indonesia-permasalahan-dan-tantangan/. Diakses 18 Oktober 2019

LIPI. Kajian kependudukan dinamika kependudukan kenapa orang berimigrasi. (Online) http://kependudukan.lipi.go.id/id/kajian-kependudukan/dinamika-kependudukan/50-kenapa-orang-bermigrasi, diakses 18 Oktober 2019.

BPS.go.id


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MASA DEPAN EKONOMI ISLAM

MASA DEPAN EKONOMI ISLAM Masalah ekonomi zaman sekarang dan ketidakmampuan ekonomi neoklasik untuk menganalisisnya dan menyaranka...