Peluang dan Tantangan Faktor
Produksi Indonesia dan Hubungan Antara Teori Theodore Schultz dengan Tenaga
Kerja Di Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia
adalah negara yang kaya, akan sumber daya alam dan sumber daya manusia( SDM)
seharusnya, kekeayaanini membuat indonesia mendapat julukan negara maju. Namun
faktanya tidak, salah satu faktor penyebabnya yaitu Indonesia merupakan negara
ketergantungan terhadap kekayaan alam tanpa diimbangi dengan peningkatan
pengelolaan kemampuan dan kualitas SDM. Ini menandakan bahwa Indonesia kaya
akan sumber daya kuantitas bukan kualitasnya. Terbukti dari data Human Development Index (HDI) pada tahun
2010, Indonesia berada di urutan 106 dari 169 negara di dunia.
Pertumbuhan
ekonomi di negara berkembang seperti Negara
Indonesia, begitu penting untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi supaya dapat
sejajar dengan negara-negara maju.Tanpa adanya pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan ekonomi, maka tidak akan terjadi kenaikan taraf
kesempatan kerja, kesejahteraan
masyarakat, distribusi pendapatan dan
produktivitas.
Berdasarkan
data dari BPS pada tahun 2008-2011
menunjukan bahwa laju pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami tidak stabil ini
disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi seperti tingkat
pendidikan, sumberdaya alam, sumber daya manusia, investasi, tenaga kerja,
pengeluaran pemerintah, dan pengetahuan teknologi.
Untuk
itu,dibutuhkan hubungan human capital investmet sebagai faktor pendorong pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi dalam mencapai tujuan di bidang kesehatan,
pendidikan, kependudukan, dan tenaga kerja untuk meningkatkan kompetensi dan
ketrampilan tenaga kerja dalam menghadapi tantangan dan mengisi peluang di
Indonesiaatau antar negara di dunia.
1.2 Tujuan
Untuk
mengetahui peluang dan tantangan faktor produksi
tenaga kerja
di Indonesiaa dan hubungannya
dengan teori Theodore Schultz di Indonesia dan bagaimana cara pemerintah melakukan penyelesaianya melalui kebijakannya, anggaran dan strateginya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peluang dan Tantangan Faktor Produksi Indonesia dan
Hubungan Teori Schultz dengan Tenaga Kerja di Indonesia dan Kebijakan, Anggaran, dan Strategi Pemerintah
A.
Peluang dan Tantangan Faktor Produksi Sumber Daya
Manusia di Indonesia
Ilmu pengetahuan bukanlah hal baru yang digunakan dalam teori ekonomi dan penyusunan model. Adam Smith pernah
mengagas tentang spesialiasi pekerjaan yang
merujuk pada buruh yang mampu membuat
kontribusi proses produksi, ilmu
yang berguna dengan produktif. Fridrich List, Romer dan Grossman menyoba menyusun teori pertumbuhan ekonomi
berdasarkan knowledge
Berdasarkan fungsi produksi oleh ekonom neo-klasik, return on investment akan menurun manakala terdapat
penambahan modal dalam perekonomian,
sebagai efek daari pengurang adanya penggunaan teknologi baru dalam proses produksi. Meskipun mereka menyadari
pentingnya peggunaan teknologi, akan tetapi mereka tidak melakukan analisis
lanjut. Namun pada terakhir dekade ini para ekonom mulai menitik beratkan
teknologi pada proses produksi. Berdasarkan
penelitian itu, mereka menemukan sebagai knowledge yang dapat mendorong peningkatan return on investment
dengan asumsi knowledge mampu
menstimulasi terjadinya efesiensi metode produksi dan menciptakan produk baru yang
inovatif dan berkembang. Hal ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi
lagi di bidang pengetaahuan teknologi . Investasi baru ini akan memiliki sifat
berkelanjutan dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dari sebuah negara.
Kualitas SDM dapat
diukur dengan menggunakan beberapa aspek seperti yaitu kondisi demografis penduduk
Indonesia, kondisi ketenagakerjaan, kualitas Index pembangunan manusia
Indonesia dan tingkat literasi masyarakat Indonesia dibandingkan dengan negara-negara
lain.
Data Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi pada tahun 2012 –
2015 menunjukkan pengangguran terbuka mengalami peningkatan dikarenakan
kualitas lulusan yang dihasilkan tidak memenuhi kriteria yang dibutuhkan oleh
perusahaan. Hal ini jika terjadi secara terus menerus, akan memicu terjadinya demografis. Angka
pengangguran yang semakin tinggi, membuat rasio tingginya tingkat ketergantungan
penduduk usia produktif. Jika kondisi ini terjadi secara berkesinambungan, Indonesia akan
mengalami bonus demografi. Kondisi dimana jumlah penduduk usia produktif
jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk usia non produktif.
Ternyata bonus demografi juga
membawa peluang yaitu:
1. Tersedianya
lapangan kerja bagi penduduk usia
produktif, sehingga penduduk tersebut secara finansial akan dapat menopang keberadaan penduduk usia non
produktif.
2. Penduduk dengan
usia kerja akan benar-benar menjadi produktif ketika dibekali skill dan
pendidikan yang memadai
3. Semakin
mudahnya barang atau jasa produksi Indonesia
untuk memasuki kawasan
pasaran luar negeri dan hilangnya hambatan
non-tarif seperti kuota dan lainnya
Namun
ternyata bonus demografi juga membawa tantangan yang berupa:
1. Menambah
jumlah pengangguran ketika
perdagangan bebas ASEAN dibuka justruh mereka kalah saing skill dan
kemampuan dengan pekerja lain dari luar negeri yang
2. Memanfaatkan
peluang untuk mengembangkan industri
dan menghasilkan produk-produk yang mampu berdaya
saing secara internasional
3. Bagaimana
menciptakan setiap sektor ekonomi seperti sektor pertanian
dan industri yang efisien, efektif, dinamis
dan berkelanjutan, penyebarluasan teknologi dan
inovasi yang terkait dengan sistem produksi,
packaging, serta pemasaran.
B.
Hubungan
Teori Schultz dengan Tenaga Kerja di Indonesia
Terdapat hubungan antara tenaga kerja dengan teori teori yang dikemukanan oleh Theodore
Schultz yang tercantum dalam Human
capital secara bahasa tersusun atas dua kata dasar yaitu
manusia dan modal. Konsep human
capital didefinisikan menjadi tiga:
Konsep pertama merupakan human capital sebagai aspek
individual yang menyatakan bahwa modal
manusia merupakan kemampuan yang ada pada diri manusia seperti ketrampilan dan pengetahuan.
Konsep kedua
mengatakan bahwa human capital adalah pengetahuan dan keterampilan yang didiperoleh melalui aktifitas pendidikan formal ataupun
non formal. seperti sekolah, kursus, dan pelatihan. Konsep dasarnnya mengatakan bahwa human capital adalah sesuatu
yang didapatkan melalui akumulasi tertentu.
Konsep ketiga
menyatakan bahwa human capital adalah sumber
mendasar dari produktifitas ekonomi dan sebuah investasi yang dilakukan manusia
untuk meningkatkan produktifitasnya. Atau
bisa dikatakan bahwa human capital adalah gabungan dari pendidikan,
pelatihan, pengalaman, keterampilan,
kebiasaan, kesehatan, energy dan inisiatif yang memengaruhi produktifitas
manusia.
Sekarang
pertumbuhan ekonomi tidak bisa bertumpu pada faktor produksi berupa modal uang
dan tanah, akan tetapi telah terjadi pergeseran human capital menjadi
faktor produksi kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan
senjata bagi sebuah negara untuk memenangkan kompetisi global (competitive
advantage of nation).
Schultz
(1961) berpendapat bahwa human capital adalah salah satu
faktor penting dalam peningkatan
produktifitas ekonomi di suatu negara. Human capital muncul pertama kali tahun
1776 di bidang ekonomi klasik (Fitzsimons, 1999). Human capital dapat
diperoleh melalui dua cara. Pertama,
manusia digunakan sebagai tenaga kerja berdasarkan jumlah kuantitatifnya. Hal ini bahwa semakin banyak jumlah manusia atau tenaga kerja maka produktifitas semakin
tinggi. Kedua, investasi adalah cara
utama dalam mendapatkan human capital.
Pelatihan dan pendidikan manusia akan
meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, sehingga produktifitas juga akan
meningkat. Cara kedua ini tidak lagi mementingkan kuantitas jumlah tenaga
kerja.
Menurut
Todaro (2000) mengungkapkan bahwa Beberapa
hubungan point-point teori Theodore Schultz dengan Human Capital Investmen
(Faktor Produksi Tenaga Kerja) di Indonesia, yaitu:
1.
Fasilitas dan Layanan Kesehatan:
Human
capital dapat diukur melalui bidang pendidikan dan kesehatan. Hal ini dapat dijelaskan jika
semakin tinggi pendidikan / pelatihan
maka kemampuan dan keterampilan yang dimiliki semakin tinggi. Sementara
itu, pendidikan tinggi yang dimiliki
tanpa adanya tubuh yang sehat tidak akan menaikkan produktifitas. Sementara
itu, pendidikan yang tinggi juga dapat memengaruhi tingkat kesadaran kesehatan
seseorang.
Pengukuran
indikator kesehatan dalam human capital dilakukan dengan menggunakan
nilai angka harapan hidup (AHH). Nilai
AHH merupakan rata-rata perkiraan banyak
tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup (Mantra, 2000). Semakin
tinggi angka harapan hidup seseorang maka semakin berkualitas indikator
kesehatannya. Ada banyak metode yang dapat digunakan untuk mengukur kesehatan seperti kematian bayi dan kematian
ibu hamil, hal ini bergantung dari tujuan penelitian yang diharapkan.
2.
Pelatihan Pengembangan Kompetensi:
Kompetensi
adalah karakteristik berupa pengetahuan, keahlian, dan kepribadian yang mempengaruhi kinerja. Spencer and Spencer (2003: 25) menyatakan terdapat 5
karakteristik kompetensi: (1) Motif adalah apa yang mendorong individu
melakukan sesuatu (2) Ciri fisik dan reaksi yang bersifat kosisten terhadap apa
yang terjadi di lingkungan (3) Konsep Diri adalah cara individu memandang
dirinya sendiri (4) Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang tentang
sesuatu (5) Keterampilan adalah
kemampuan melaksanakan tuas-tugas fisik dan mental yang mudah untuk dikembangkan melalui program pelatihan dan psikoterapi atau
pengalaman pengembangan yang positif, walaupun memerlukan jangka waktu yang lama
3.
Tingkat Pendidikan Formal:
Pengukuran
indikator pendidikan dapat dilakukan dengan menggabungkan dua komponen, yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.
Angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang dapat membaca, menulis huruf latin
dan atau huruf lainnya (www.bps.go.id). Kedua komponen tersebut meupakan ukuran yang
tepat dalam menentukan kualitas pendidikan sesorang. Rata-rata lama sekolah dapat secara jelas
menggambarkan kualtias pendidikan seseorang, seperti lulusan SD dengan lulusan
Doktor akan memiliki perbedaan kemampuan yang berpengaruh terhadap tingkat
produktifitas.
4.
Prodi Keahlian untuk mereka yang telah
dianggap
Apabila
faktor produksi tenaga kerja yang memenuhi sebuah perusahan atau organisasi
pasar sudah memiliki tingkat dan kriteria yang sesuai dengan bidang keahlian
yang dibutuhkan maka langkah selanjutnya yaitu memberikan ekstra pelatuhan agar
potensi, kemampuan dan keahlian dari tenaga kerja dapat diasah sehingga
memunculkan sifat-sifat berdaya saing tinggi, berkompeten sesuai tuntunan
zaman, mandiri dalam bekerja, bertanggung jawab sesuai beban yang dipikul dan
lainnya. Hal ini akan mendorong perusahaan memiliki nilai lebih dari faktor
produksi sumber daya manusia, skibatnya dapat meminimilasir biaya produksi
melalu adanya peningkatan faktor produksi tenaga kerja meskipun membutuhkan
biaya yang tidak sedikit.
5.
Migrasi Individu
Migrasi
Individu disebabkan karena dua hal yaitu,
a) Vounter/
Keinginan Individu
Kemiskinan dan ketidakmampuan untuk
mendapatkan nafkah atau menghasilkan produk yang cukup untuk mendukung
seseorang/ keluarganya, merupakan alasan
utama di balik perpindahan pencari kerja dari satu negara ke negara lain.
Secara garis besar sebagian besar migran
melakukan migrasi lintas negara karena factor ekonomi. orang melakukan migrasi karena
adanya perbedaan upah. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan
pendapatan antara negara berkembang dan negara industri (maju) dan upah
dinegara maju kebih besar dari pada di negara berkembang.
b) Terpaksa
Hal tersebut didorong
oleh adanya kondisi bahwa banyak tersedia pekerjaan di negara-negara maju untuk
pekerja imigran. Pekerja hampir selalu dibutuhkan walaupun keadaan ekonomi
suatu negara sedang lesu. Namun walaupun
pekerja sangat dibutuhkan, banyak pekerja imigran yang menganggur dan hanya
melakukan pekerjaan tidak tetap tidak menyenangkan, pekerjaan berat, jangka
waktu tidak tetap (temporer) atau dengan arti lain adanya gangguan yang
disebabkan oleh pembangunan social dan ekonomi.
Adanya pembangunan
besar-besaran menyebabkan orang-orang yang tergusur oleh pembangunan tersebut
meninggalkan daerah asalnya dan menuju
ke negara dunia ketiga dan di kota-kota lainnya. Karena tidak semua kota tidak
bisa menyediakan pekerjaan bagi imigran maka orang-orang tersebut terpaksa
bermigrasi ke tempat atau negara lain yang lebih jauh.
Faktor utama individu melakukan
migrasi yaitu (1) Ketidakseimbangan pasar kerja menyebabkan peningkatan
pengangguran di negara asal dan meningkatkan permintaan akan pekerjaan,
setidaknya untuk beberapa jenis pekerjaan. Sementara itu, permintaan tenaga
kerja dari negara tetangga, yang elatif tidak terimbas krisis ekonomi merupakan
peluang bagi para pekerja (2) Memandang migrasi sebagai strategi keluarga untuk
menambah pemasukan pendapatan, memperkecil resiko bagi rumah tangga, dan
overcome barriers to credit and capital. (3) Migrasi tidak terlalu dipengaruhi
oleh adanya perbedaan upah tapi oleh adanya kebijakan ke arah investasi yang
luar negeri dan ke arah internasional tentang capital and goods. (5) upaya
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mencari dan menemukan sesuatu
yang baru (innovative migration), atau mempertahankan apa yang telah
dimilikinya (conservative migration).
Kebijakan, Anggaran, dan Strategi Pemerintah
1. Alokasi
anggaran Pendidikan
Presentase
jumlah penduduk yang tidak lulus SD sampai dengan yang lulus SMP masih cukup
tinggi pada tahun 2010- 2016 yaitu sebesar 41 % atau 2.79/7.56 juta jiwa. Untuk
meningkatkan jumlah penduduk yang mampu menamatkan
pendidikan SMU dan bahkan perguruan
tinggi, diperlukan keperpihakan pemerintah melalui kebijakan anggaran di bidang
pendidikan, sehingga diharapkan seluruh penduduk Indonesia dapat mengakses
secra gratis jenjang pendidikan mulai dari SD sampai dengan SMU.
Dalam data Alokasi
Anggaran Pendidikan Negara Indonesia tahun 2010- 2016 diartikan meskipun prosentase anggaran
pendidikan dari total belanja pemerintah pusat selama lima tahun terakhir naik
dan turun, akan tetapi secara absolut angkanya terus bertambah. Program bantuan
sekolah gartis yang sebelumnya hanya sampai dengan jenjang SMP, kini meningkat
sampai dengan jenjang SMU. Pertanyaannya adalah, apakah jumlah uang/anggaran
yang dialokasikan untuk sektor pendidikan berpengaruh terhadap jumlah penduduk
yang lulus pada jenjang pendidikan yang disubsidi, dan apakah juga berpengaruh
pada penghasilan seseorang di kemudian hari
Menurut Sulistyaningrum
(2016) dalam penelitiannya mengenai dampak kebijakan Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) menemukan, terdapat korelasi yang positif antara program BOS terhadap
kualitas lulusan yang tercermin pada test score (hasil ujian nasional). Siswa
yang mendapatkan BOS akan lebih tinggi nilai ujian nasionalnya secara rata-rata
sebesar 0.3, dengan skala nilai 0-10. Namun demikian, program BOS tidak terlalu
memberikan dampak bagi siswa yang sangat miskin, karena besarnya bantuan BOS
untuk siswa SD, dirasakan hanya cukup untuk membiaya biaya formal sekolah
seperti SPP, biaya ujian, biaya registrasi, dan seragam sekolah. Sedangkan
biaya pendidikan lainnya yang sebenarnya juga cukup besar dirasa belum cukup.
Sementara itu siswa miskin terutama yang di pedesaan, tinggalnya agak jauh dari
lokasi sekolah, harus mengeluarkan biaya transportasi setiap harinya. Untuk itu
perlu dipertimbangkan kembali alokasi dari besarnya bantuan BOS tersebut per
siswa, terutama siswa miskin.
2. Kurikulum
Pendidikan yang Berbasis Experential Learning
Mereka
memenangkan lomba desain jet engine bracket dengan mengalahkan para insinyur
lulusan universitas terbaik dari seluruh dunia. Kejadian kedua berasal dari
Karanganyar Jawa tengah, seorang pemuda bernama Muhammad Kusrin yang hanya
mengenyam pendidikan SD mampu merakit dan memproduksi televisi, justru divonis
enam bulan penjara oleh Pengadilan Negri Karanganyar.
Mereka tidak
hanya berhasil mengatasi sekat pendidikan formal, akan tetapi juga mampu
mempekerjakan tetangga sekitarnya untuk menjadi produktif. Pesan moral dari
kejadian ini adalah, belajar dengan praktik kerja lansung disertai usaha
pantang menyerah akan mengantarkan seseorang mampu menciptakan karya padat
teknologi yang luar biasa. Kejadian ini juga memberi pesan kepada pemerintah
untuk mendesain kurikulum pendidikan yang lebih tepat untuk menciptakan lulusan
yang handal.
3. Ekonomi
Kreatif dan Sharing Economy
Kontroversi
mengenai gojek dan uber yang menyita perhatian pemerintah. Pertama, dengan
memanfaatkan informasi dan teknologi komunikasi, ojek konvensional yang semula
merupakan produk jasa biasa, dapat disulap menjadi komoditas yang kolosal.
Kedua, dengan kreativitas ide di bidang informasi teknologi, aplikasi pemesanan
ojek dan taksi mampu menciptakan banyak sekali lapangan kerja bagi pemilik
kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat.
Ekonomi
kreatif lain yang mampu menyerap tenaga kerja dengan jumlah banyak adalah
industri pariwisata. Pada saat ini banyak sekali dijumpai konsep pariwisata dengan
berbagai macam pendekatan, mulai dari ecotourism yang memadukan wisata dan
keunikan kekayaan alam, etnotourism yang memadukan wisata dengan kekayaan
budaya khas lokal, dan lain sebagainya. Booming industri pariwisata ini tak
lepas dari aspek kekayaan ide dan penyebarannya dibantu kecanggihan teknologi
informasi. Banyuwangi yang semula merupakan kawasan yang identik dengan
kemiskinan dan ilmu santet, secara revolusioner mampu keluar sebagai kabupaten
dengan tingkat pengangguran terendah di Jawa Timur. Banyuwangi kini tidak lagi
identik dengan ilmu santet, tapi identik dengan kejuaraan sepeda tour de ijen
yang menjual kawasan gunung ijen dengan kawah birunya yang terkenal. Dengan
bantuan teknologi IT, penduduk dari berbagai penjuru dunia dan domestik
antusias untuk menyaksikan Banyuwangi Karnival, atau buah durian merah khas
Banyuwangi.
BAB II
PENUTUP
- Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi di negara berkembang seperti Negara
Indonesia, begitu penting untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi supaya dapat
sejajar dengan negara-negara maju.Tanpa adanya pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan ekonomi, maka tidak akan terjadi kenaikan taraf
kesempatan kerja, kesejahteraan
masyarakat, distribusi pendapatan dan
produktivitas. Kualitas SDM dapat
diukur dengan menggunakan beberapa aspek seperti yaitu kondisi demografis penduduk
Indonesia Ternyata bonus demografi juga membawa peluang seperti
Tersedianya lapangan kerja bagi penduduk
usia produktif, sehingga penduduk tersebut secara finansial akan dapat menopang keberadaan penduduk usia non
Namun ternyata bonus demografi juga membawa tantangan seperti Menambah jumlah
pengangguran ketika perdagangan bebas ASEAN dibuka justruh mereka
kalah saing skill dan kemampuan dengan pekerja lain dari luar negeri yang
Sekarang pertumbuhan ekonomi tidak bisa
bertumpu pada faktor produksi berupa modal uang dan tanah, akan tetapi telah
terjadi pergeseran human capital menjadi faktor produksi kunci untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan senjata bagi sebuah negara
untuk memenangkan kompetisi global (competitive advantage of nation).
Beberapa hubungan point-point teori Theodore Schultz dengan Human Capital
Investmen (Faktor Produksi Tenaga Kerja) di Indonesia, yaitu: Fasilitas
dan Layanan Kesehatan, Pelatihan Pengembangan Kompetensi, Tingkat Pendidikan
Formal, Prodi Keahlian untuk mereka yang telah dianggap dan Migrasi Individu disebabkan karena dua hal yaitu Vounter/
Keinginan Individu dan Terpaksa. Pemerintah juga ikut andil dalam mengambil
keputusan disetiap tindakannya seperti mengeluarkan kebijakan, menyisihkan
anggaran dalam berbagai bidang vital dan menyusun serta melaksanan strategi
sesuai dengan tujuan tertentu yang dikehendaki.
DAFTAR PUSTAKA
Petiana, I., Iranto, D., Wibowo, A. 2015. TINGKAT PENDIDIKAN TENAGA KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR
PENDIDIKAN, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TAHUN 2008-2012. Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Jakarta : Jurnal
Pendidikan Ekonomi dan Bisnis, Vol. 3 (1)
Nurkholis, A. 2016. TEORI PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA: Human
Capital Theory, Human
Investment Theory, Human Development Theory, Sustainable Development Theory,
People Centered Development Theory .
Sulistyaningrum,
E. 2014. Potret Kondisi Human Capital di Indonesia : Permasalahan dan
Tantangan. (Online) https://macroeconomicdashboard.feb.ugm.ac.id/potret-kondisi-human-capital-di-indonesia-permasalahan-dan-tantangan/.
Diakses 18 Oktober 2019
LIPI.
Kajian kependudukan dinamika kependudukan kenapa orang berimigrasi. (Online) http://kependudukan.lipi.go.id/id/kajian-kependudukan/dinamika-kependudukan/50-kenapa-orang-bermigrasi,
diakses 18 Oktober 2019.
BPS.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar