Sabtu, 05 Januari 2019

Skenario strategi Pembelajaran CTL dalam Ilmu Ekonomi SMA


SKENARIO STRATEGI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHER AND LEARNING DALAM ILMU EKONOMI DI SMA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Semester Akhir Ganjil Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Ekonomi

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Soetarno Joyoatmojo, M.Pd

 


Oleh :

 

Nur Faidah             (K7617059/ B)

 

 

 

PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2018

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Ekonomi tentang “Strategi Pembelajaran Contextual Teacher and Learning (CTL) dalam Ilmu Ekonomi di SMA” dapat selesai tepat waktu.

            Makalah ini telah disusun secara maksimal dengan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar penyusunan makalah ini. Terimaksih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.

            Terlepas dari semua itu, disadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Kritik dan saran dari pembaca akan diterima dengan tangan terbuka karena dapat memperbaiki makalah ini.

            Akhir kata, semoga makalah tentang “Strategi Pembelajaran Contextual Teacher and Learning (CTL) dalam Ilmu Ekonomi di SMA” dapat memberikan inspirasi dan bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, 14 Oktober 2018

 

 

Penyusun

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang

Kegiatan pembelajaran adalah proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi guru dan peserta didik dalam rangka menyampaikan bahan ajar kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Keberhasilan guru dalam mengajar sangat dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang berlangsung. Keberhasilan pembelajaran terjadi saat keaktifan dari peserta didik terhadap bahan ajar yang disampaikan oleh guru.

Upaya guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran adalah dengan memilih dan menerapkan strategi pembelajaran. Salah satunya guru harus menggunakan strategi pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan peserta didik yang dipelajari dengan kehidupan nyata sehingga peserta didik mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang fleksibel yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Dalam proses pelaksanaanya guru harus menekankan kepada peserta didik untuk memecahkan berbagai masalah, baik masalah simulasi maupun masalah nyata. Sehingga nanti ketika dikehidupan sehari-harinya peserta didik mampu menyelesaikan masalah sehari-harinya dengan pengetahuan yang dimilikinya dan peserta didik dapat menyusun pola-pola untuk mewujudkan makna dari langkah yang diambil untuk menyelesaikan suatu masalah yang ada dikehidupan sehari-harinya.

B.       Rumusan Masalah

1.             Bagaimana konsep dasar strategi pembelajaran Contextual Teacher and Learning (CTL)  dan implementasinya dalam pembelajaran ilmu ekonomi di SMA?

2.             Apa saja karakteristik dan nilai-nilai karakter strategi pembelajaran Contextual Teacher and Learning (CTL)  dan implementasinya dalam pembelajaran ilmu ekonomi di SMA?

3.             Bagaimana prinsip strategi pembelajaran Contextual Teacher and Learning (CTL)  dan implementasinya dalam pembelajaran ilmu ekonomi di SMA?

4.             Apa saja Asas dan Hakikat strategi pembelajaran Contextual Teacher and Learning (CTL)?

5.             Bagaimana prosedur pelaksanaan strategi pembelajaran Contextual Teacher and Learning (CTL)dan implementasinya dalam pembelajaran ilmu ekonomi di SMA?

6.             Bagaimana keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran Contextual Teacher and Learning (CTL) serta implementasinya dalam pembelajaran ilmu ekonomi di SMA?

 

C.      Tujuan

1.             Mengetahui konsep dasar strategi pembelajaran Contextual Teacher and Learning (CTL) dan implementasinya dalam pembelajaran ilmu ekonomi di SMA.

2.             Mengetahui karakteristik dan nilai-nilai karakter strategi pembelajaran Contextual Teacher and Learning (CTL)  dan implementasinya dalam pembelajaran ilmu ekonomi di SMA?

3.             Mengetahui prinsip strategi pembelajaran Contextual Teacher and Learning (CTL)  dan implementasinya dalam pembelajaran ilmu ekonomi di SMA.

4.             Mengetahui Asas dan Hakikat Strategi pembelajaran Contextual Teacher and Learning (CTL).

5.             Mengetahui prosedur pelaksanaan strategi pembelajaran berbasis masalah dan implementasinya dalam pembelajaran ilmu ekonomi di SMA.

6.             Mengetahui keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran berbasis masalah serta implementasinya dalam pembelajaran ilmu ekonomi di SMA.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Depdiknas (2002: 26); Hamruni (2011: 133); Majid (2016: 228); Sanjaya (2009: 255); Suprihatiningrum (2013: 176); Suyadi (2013: 81); Trianto (2007: 101);  menyatakan strategi pembalajaran contextual teaching and learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan peserta  yang dipelajari dengan kehidupan nyata. Sehingga siswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan di kehidupan mereka.

Menurut Suprijono (2013: 79-80); Nurhadi (2002: 1) mengatakan “Contextual Teaching and Learning (CTL) helps us relate subject matter content to real world situations and motivate students to make connections between knowledge and its applications to their lives family members, citizen, and works and engage in the hard work that learning requires”. Dengan kata lain CTL membantu kita menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sebagai keluarga, warga negara, pekerja dan membutuhkan kerja keras dalam pembelajaran.

Johnson (2002: 25) mengatakan “The CTL system is an educational process that aims to help students see meaning in the academic material they are studying by connecting academic subject with the context of their daily lives, that is, with the context of their personal, social, and cultural circumstances”.  Dengan kata lain system CTL dalam proses pendidikan memiliki tujuan membantu siswa memahami materi pembelajaran yang mereka pelajari dengan mengaitkannya pada konteks kehidupan sehari-hari.

CTL, Suatu pendekatan yang menekankan proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi pelajaran dari pengalamanya secara langsung, diuntut untuk menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata yang lebih kepada aktualisasi dan kontekstual materi pelajarannya. 

Implementasi dalam pembelajaran ilmu ekonomi di SMA Rembang adalah Bu Ica sebagai guru ekonomi kelas XI IPS. Dalam proses pembelajaran beliau akan menyampaikan materi mengenai perilaku konsumen dan produsen serta peranannya dalam kegiatan ekonomi. Bu Ica memberikan penjelasan singkat mengenai konsep dasar dari perilaku konsumen dan produsen. dalam kehidupan nyata. Sebagai peserta didik setelah diberikan materi oleh gurunya perlu adanya proses aktualisasi realitas kehidupan. Misalnya: Sinta adalah salah satu siswa bu Ica kelas XI IPS anak dari keluarga pebisnis, ketika diajarkan tentang perilaku konsumen dan produsen dia mendengarkan dengan baik, dan memahami materi secara detail. Ketika terjadi kenaikan bahan bakar gas menyebabkan rumah makan padang ayahnya mengeluarkan modal yang lebih besar, Sinta menyarankan kepada ayahnya untuk beralih menggunakan kayu bakar agar usaha ayahnya tetap berlangsung.

B.     Karakteristik dan Nilai-Nilai  Karakter dalam Contextual Teaching and Learning (CTL)

1.    Karakteristik Contextual Teaching and Learning

Menurut Hamruni (2011: 137-138); Majid (2016: 229); Sanjaya (2009: 256); Suprijono (2013: 84); Suyadi (2013: 82-83); Zahorik (1995: 14-22) terdapat lima karakteristik  penting dalam proses pembelajaran kontekstual sebagai berikut:

a.      Mengaktifkan pengetahuan yang sudah ada (Activiting knowledge)

Artinya apa yang akan dipelajarai tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

Implementasinya dalam pembelajaran ekonomi di SMA yaitu dalam pembelajaran tentang pasar, peserta didik sudah mengerti seperti apa pasar itu, dan siapa saja yang ada di dalam pasar. Pengetahuan umum tentang pasar tersebut didapatnya dari kehidupan sehari-hari, seperti menonton tv, informasi yang didapat dari teman, orang tua, dan lain lain. Pengetahuan tentang pasar umumnya sudah diketahui peserta didik sejak kecil.

b.        Memperoleh dan menambah pengetahuan baru (Acquiring knowledge) Pengetahuan baru diperoleh dengan cara deduktif artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.

Implementasinya dalam pembelajaran ekonomi di SMA yaitu dalam pembelajaran tentang pasar, peserta didik pada mulanya mempelajari konsep-konsep dari pasar secara garis besar, setelah itu peserta didik akan mempelajari sub bab yang lebih detail seperti perbedaan pasar tradisional dengan pasar modern, disini peserta didik secara tidak langsung akan mempelajari ciri-ciri pasar tradisional dan modern, kemudian peserta didik mempelajari jenis-jenis pasar dan cirinya beserta contoh nyata dari jenis pasar tersebut.

c.       Memahami pengetahuan (Understanding knowledge)

Menurut Fadillah., et al (2017: 102) “Remembering knowledge is not a set of facts and concepts are readily accepted but something to be constructed by the student”. Pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini.

Implementasinya dalam pembelajaran ekonomi di SMA yaitu dalam pembelajaran ekonomi tentang pasar, materi tersebut tidak harus dihafalkan namun yang terpenting adalah untuk dipahami dan diyakini. Dalam pembelajaran ini, guru dapat meminta peserta didik untuk mengemukakan pendapat atau tanggapan mengenai pasar tradisional dan pasar modern, dari berbagai tanggapan tersebut siswa dapat mengembangkan lagi mengenai pasar tradisional dan pasar modern. Sehingga, dengan adanya tanggapan, peserta didik menjadi paham mengenai materi pasar tanpa harus menghafalkannya.

d.        Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman (Applying knowledge)

Menurut Fadillah., et al (2017: 102) CTL aims to increase motivation of learners to take what they have learned and apply it, and to interactions within their daily situations”. Pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh harus diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku.

Implementasinya dalam pembelajaran ekonomi di SMA yaitu dalam pembelajaran ekonomi materi pasar, peserta didik akan mengobservasi secara langsung di lapangan, disitu peserta didik akan memiliki pengalaman mengenai apa saja yang terjadi di pasar tradisional dan modern. Misalnya seperti kegiatan tawar menawar yang ada di pasar tradisional untuk mendapatkan harga yang murah, selain itu peserta didik menjadi tahu harga-harga dan kondisi di pasar modern. Hal tersebut membuat peserta didik dapat lebih bijak dalam memilih barang, dan lebih bijak dalam memilih barang sesuai harga yang diinginkan.

e.         Melakukan refleksi (Reflecting knowledge)

Reflesksi perlu dilakukan terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

Implementasinya dalam pembelajaran ekonomi di SMA yaitu dalam pembelajaran ekonomi materi pasar, guru melakukan evaluasi mengenai strategi pengembangan pengetahuan yang telah dilakukan sebagai bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan strategi yang telah digunakan.

2. Nilai-Nilai  Karakter dalam Contextual Teaching and Learning

Menurut Majid (2016: 230); Suyadi (2013: 89) ada 7 nila-nilai karakter melalui pembelajaran kontekstual:

a.      Kerja Keras

Peserta didik belajar keras untuk menguasai materi pelajaran, kemudian menghubungkannya dengan pengalaman hidup sehari-hari, selanjutnya digunakan strategi pemecahan masalah sehari-hari. Tentunya pola pembelajaran ini memeras seluruh kemampuan tenaga dan pikiran.

b.      Rasa Ingin Tahu

Secara alamiah peserta didik akan terus mencari tahu, apa dan bagaimana materi tersebut berhubungan dan dapat digunakan sebagai pemecahan masalah. Memang banyak ide ataupun gagassan muncul, tetapi praktiknya tidak sedikit peserta didik yang gagal dan harus mencari ide lain. Namun kegagalan demi kegagalan  tidak menyuruhkan peserta didik untuk memecahkan masalah karena ia akan terus berusaha mencari cara lain yang dapat ditempuh.

c.       Kreatif

Menurut Johnson (2002: 99-100) mengatakan “ CTL, teaches the steps to use in critical and creative thingking and provides real-world opportunities to practice this higher order thingking”. Nilai karakter lain dari penggunaan strategi pembelajaran kontekstual adalah kreatif. Proses menghubungkan materi pelajaran di dalam kelas ke dalam pengalaman hidup sehari-hari. Dibutuhkan kreatifitas yang tinggi untuk menggunakan sebagai problem solver.

d.      Mandiri

Menurut Johnson (2002: 92) mengatakan “ The self-regulated learning process is a method of enganging students in actions that involve a number stpes and produce a significant tangible or intangible result” bermakna kemandirian yang tinggi adalah metode yang melibatkan peserta didik dalam tindakan beberapa langkah dan menghassilkan baik hasil tampak atau tidak.   Peserta didik terdorong untuk memilih cara-cara mengatasi masalah dengan penuh kepercayaan diri dan tidak terpikir sedikitpun untuk menyalahkan orang lain atass kegagalan dirinya.

e.       Tanggung   Jawab

Nilai karakter ini  kelanjutan dari nilai-nilai karakter sebelumnya. Kemdirian diperlukan sikap keberanian bertanggung jawab yang terkandung dalam strategi pembelajaran konstektual.

f.       Peduli Lingkungan Sosial    

Ketika strategi ini dilakukan secara kelompok, secara otomatis hal ini dapat menanamkan nilai karakter kepedulian social.

 

C.    Prinsip Strategi Pembelajaran Contextual Teacher and Learning (CTL)

Menurut Johnson (2002: 27-36) ada 3 prinsip dalam CTL, yaitu sebagai berikut:

1.    Prinsip kesaling bergantungan (The Priciple Independence)

Menurut Johnson (2002: 29) mengatakan “The principle of Independence calls educators to recognize their connection to one other, to their students, and to the earth” yang bermakna prinsip kesaling bergantungan mengajak siswa mengenali keterkaitan mereka dengan beberapa komponen sekolah seperti siswa lain, guru, masyarakat dan bumi. Strategi pembelajaran CTL menuntut peserta didik memahami pembelajaran dengan mengaitkannya pada kehidupan nyata. Untuk melaksanakan strategi pembelajaran ini maka diperlukan kerja sama antar peserta didik, peserta didik dengan guru, dan peserta didik dengan lingkungannya sehingga dapat menemukan masalah dan mencari solusinya.

Implementasinya dalam Pembelajaran Ekonomi di SMA 1 Rembang adalah Bu Ica adalah guru ekonomi kelas XI IPS. Bu ica akan menyampaikan materi perilaku konsumen dan produsen. Pada 20 menit pertama bu Ica menyampaikan informasi bahwa untuk membuat produk baru dibutuhkan faktor produksi seperti SDM, SDA, modal dan keahlian. Kemudian bu Ica memberikan informasi pada tahun 2007 di Koperasi sekolahnya mengalami penurunan konsumsi. pada pertemuan selanjutnya bu Ica meminta peserta didik untuk menjawab sesuai dengan fakta dan kerjasama dengan kelompok yang sudah dibentuk. Setelah pelajaran kelompok 1 bekerjasama untuk melakukan wawancara kepada ketua koperasi di sekolahnya , observasi kepada siswa yang membeli makanan untuk mengetahui informasi alasan apa yang memyebabkan perilaku konsumsi siswa untuk membeli makanan menurun. Hubungan antara kelompok 1, ketua koperasi, dan siswa yang membeli makanan inilah akan membentuk hubungan saking keterkaitan dalam memecahkan masalah dan menghasilkan pemahaman baru.

2.    Prinsip diferensiasi (The Principle of Differention)

Menurut Johnson (2002: 31) mengatakan “ The principle of differentions ‘s push toward unique”. Prinsip ini memberi kebebasan kepada siswa untuk menggali bakat dan menemukan cara belajar mereka sendiri karena setiap individu siswa itu unik.  

Implementasinya dalam pembelajaran ekonomi di SMA 1 Rembang adalah setelah membuka pelajaran dan menjelaskan mengenai materi perilaku konsumen dan produsen. Selanjutnya Bu Ica memberikan tugas kepada masing-masing peserta didik untuk membuat produk barang unik dan kreatif yang nantinya akan digunakan sebagai expo class meeting diakhir semester. Setiap produk barang yang paling unik nantinya akan menjadi perwakilan expo bagi kelas mereka dan akan diberikan reward. Sehingga bu Ica meminta untuk setiap peserta didik bekerja sama untuk menentukan langkah-langkah apa saja yang akan digunakan melalu kerjasama anggota kelas mereka agar mampu menyelasaikan tugas yang diberikan bu Ica.

3.    Prinsip pengaturan diri (The Principle of Self-Organization)

Menurut Johnson (2002: 34) mengatakan “The Principle of self-organization requires educators to encourage each student to actualize that student’s full potential”. Prinsip ini bermakna bahwa salah satu tugas guru adalah mendorong setiap siswanya mengeluarkan seluruh potensinya yang ada.

Implementasinya dalam pembelajaran ekonomi di SMA 1 Rembang adalah sebelum memulai pembelajaran ekonomi di kelas XI materi perilaku konsumen dan produsen, bu Ica memberikan motivasi kepada peserta didik bahwa ketika peserta didik terpilih dan masuk ke jurusan IPS yang mempelajari ekonomi maka secara tidak langsung setiap peserta didik memiliki potensi untuk mampu memecahkan masalah mengenai permasalahan ekonomi yang ada di Indonesia. Karena peserta didik diberikan pengetahuan, ketrampilan dan teori-teori ekonomi agar kedepannya bisa menyelesaikan tugas ekonomi yang diberikan oleh guru

 

 

D.    Asas-Asas dan Hakikat Strategi Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

1.        Asas-Asas Pembelajaran Strategi Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

Pembelajaran Konstektual sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki tujuh asas yang mendasari CTL. Menurut Hamruni (2011: 141-147); Nurhadi (2002: 10); Sanjaya (2009: 263-269); Suprijono (2013: 85-88); Suyadi (2013: 83-88); yaitu:

a.      Konstruktivisme

Proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif yang berdasarkan pengalaman siswa. Menurut Surdin (2018: 58) mengatakan “learning is more productive and able to cultivate the strengthening of the concept to the students because the contextual teaching and learning model embraces the flow of constructivism, which assumes the students can find and build their own knowledge”.

Menurut konstruktivisme pengetahuan itu memang berasal dari luar tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Karena itu pengetahuan terbentuk oleh dua factor yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk mengintepretasi objek tersebut.  Dengan demikan pengetahuan tidak bersifat statis tetapi dinamis. Asusmsi ini melandasi pembelajaran konstektual yang mendorong siswa agar bisa mengkonstruksi pengetahuan melalui pengamatan dan pengalaman nyata.

b.      Inkuri (Inquiry)

Penerapan asas inkuiri dalam pembelajaran konstektual  yaitu Proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Perlu diketahui pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat tetapi dari proses menemukan sendiri. Asas inkuiri dimulai dari adanya kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan. Dengan demikian siswa didorong untuk menemukan masalah.

c.       Bertanya (Questioning)

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya yang dipandang sebagai keingintahuan setiap individu dan menjawab pertanyaan yang mecerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam pembelajaran kontekstual guru tidak menyampaikan informasi begitu saja tetapi memancing agar siswa menemukan sendiri materi yang dipelajarinya.

d.      Masyarakat Belajar (Learning Community)

Penerapan asas ini dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Melalui kelompok kerja ditemui kerja sama saling memberi dan menerima untuk memecahkan suatu persoalan. Kelopok belajar tercipta secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil dari kerja kelompok berasal dari sharing dengan orang lain atau pengalaman yang hakikatnya dari masyarakat belajar saling membagi.

e.       Permodelan (Modeling )

Modeling adalah proses pembelajaran yang memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Proses modeling tidak terbatas dari guru, tetapi juga dapat memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan.

f.       Refleksi (Reflection)

Proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi pengalam belajar itu akan dimasukan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya menjadi pengetahuan yang dimilikiya.

g.      Penilaian nyata (Authentic Assessment)

Menurut Arends (1997: 139) mengatakan “assessment is considerable explanation was provided about how to measure simple skill and basic declarative knowledge”  yang bermakna Proses penilaian yang dilakukan oleh guru untuk menggumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa baik. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus selaa pembelajaran berlangsung untuk untuk mengetahui perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.

 

2.        Hakikat Strategi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Menurut Hamruni (2011: 150-152) menyatakan ada 3 hakikat pembelajaran kontekstual, sebagai berikut:

a.       Pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.

b.      Menurut Munawaroh., & Setyani (2015: 88) mengatakan More teachers serve as mentors than provide information . A knowledge and skills come from the results of finding by themselves instead of what the teacher said.”  Yang bermakna banyak guru yang melayani sebagai mentor dari pada memberikan informasi dari temuan sendiri dan bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar. Lingkungan yang kondusif sangat penting dan sangat menunjang pembelajaran kontekstual, dan keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan.

c.       Pembelajaran kontekstual menghendaki pola hubungan yang interaktif antara guru dan siswa. Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan.

 

 

E.     Prosedur Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Contextual Teacher And Learning (CTL)Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Ilmu Ekonomi Di SMA

Menurut Hamruni (2011: 148-150); Sanjaya (2009: 270-272); dan Suyadi (2013: 92-94) untuk mencapai kompetensi yang sama, dengan menggunakan CTL, guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti di bawah ini.

1.    Pendahuluan

Terdapat tiga hal yang harus dilakukan guru pada tahap pendahuluan saat menggunakan strategi pembelajaran kontekstual:

a.        Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai, manfaat dari proses pembelajaran, dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.

Implementasinya dalam pembelajaran ekonomi di SMA kelas XI tentang materi Masalah Ekonomi dan Cara Mengatasinya adalah guru memulai pembelajaran dengan memberikan salam, menyakan kabar, mengecek kehadiran peserta didik. Selanjutnya guru mempersiapkan peserta didik agar siap menerima pembelajaran dengan menyampaikan tujuan dan menjelaskan pentingnya materi ini dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Misalnya dengan mengajak berdoa sebelum memulai pembelajaran,“Marilah sebelum memulai pembelajaran kali ini, diawalidengan berdo’a terlebih dahulu. Silahkan ketua kelas untuk memimpin do’a”dan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajan dan menjelaskan pentingnya materi ini, Anak-anak pada pertemuan kali ini, kita akan mempelajari tentang kelangkaan. Tujuan pembelajarannya, yaitu peserta didikdiharapkan mampu menjelaskan inti masalah ekonomi dan kelangkaan dengan tepat, peserta didik mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab kelangkaan, dan peserta didik mampu menjelaskan solusi yang tepat untuk mengatasi kelangkaan”.

 

b.        Guru menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual:

Peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok sesesuai dengan jumlah siswa. Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan tugas wawancara. Melalui wawancara peserta didik ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan kemudian Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang pun mental harus dikerjakan oleh setiap peserta didik.

Implementasinya dalam pembelajaran ekonomi di SMA kelas XI tentang materi Masalah Ekonomi dan Cara Mengatasinya adalah guru sebelum membentuk kelompok membangun pemahaman peserta didik (konstruktivisme) dengan cara menjelaskan permasalahan kelangkaan yang saat ini terjadi secara umum dan secara khusus yang sedang terjadi di Indonesia dalam bentuk membagikan selembaran berita mengenai kelangkaan yang terjadi di Indonesia. Guru membagikan selembaran berita tentang kelangkaan gas, kemudian guru menugaskan peserta didik untuk membaca terlebih dahulu selama 5 menit. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai pokok bahasan materi secara sederhana kepada peserta didik untuk memancing reaksi berfikir peserta didik terhadap pokok bahasan, sehingga materi yang telah dijelaskan oleh guru ekonomi tersebut dapat berkembang luas yang dapat dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, tidak hanya secara khusus tetapi juga secara menyeluruh dari pengertian, penyebab, faktor-faktor dan lain sebagainya. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik “Baiklah, dari bacaan tadi ada yang bisa memberi tanggapan?, peserta didik menjawab, “Benar sekali bu, sekarang gas elpiji yang 3 kg itu sangat sulit dicari, kadang ibu saya harus ke desa lain untuk beli gas elpiji. Dan kalau adapun harganya mahal”, Guru kemudian menanggapi dengan bertanya kembali, “Bagus sekali, memang benar sekarang sulit untuk mendapatkan gas elpiji yang 3 kg. Jadi dari masalah tadi kita bisa tahu kalau ketersediaan pasokan gas elpiji yang 3 kg itu terbatas. Nah, dari kasus tadi ada yang bisa menyimpulkan apa itu kelangkaan?”, salah satu peserta didik menjawab pertanyaan dari guru, misalnya dengan “Saya dapat menyimpulkan. Kelangkaan itu merupakan suatu kondisi dimana kebutuhan manusia yang tidak terbatas, sementara alat pemuas kebutuhan terbatas”. Proses ini diharapkan peserta didik membangun pengetahuan awal yang dapat dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, selain itu juga meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik dengan proses bertanya.

2.        Inti

Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran kontekstual bermuatan karakter kegiatan utama masing-masing peserta didik. Menurut Morrison., Ross., Kemp (2001: 57) mengatakan “The Common tools for conducting a contextual analysis include surveys, observation and interviews”. Alat kegiatan inti dalam analisis kontekstual seperti survey,observasi atau wawancara.

Implementasinya dalam pembelajaran ilmu ekonomi di SMA kelas XI  tentang masalah ekonomi dan cara mengatasinya adalah guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok diskusi untuk mendiskusikan beberapa masalah kelangkaan yang ada di Indonesia dengan setiap kelompok diskusi membahas pokok permasalahan kelangkaan di Indonesia yang berbeda. Guru menjelaskan cara pembagian kelompok seperti, “Karena sudah tidak ada yang ditanyakan sekarang bentuk 4 kelompok, karena jumlahnya ada 32 anak berati tiap kelompok ada 8 anak. Biar mudah pembagian kelompoknya urut absen saja ya”, “Silahkan berkumpul dengan kelompok masing-masing”. Peserta didik berkumpul dengan kelompok masing-masing. Kemudian guru menyampaikan permasalahan yang harus meraka diskusikan.“Anak-anak ibu akan membagi permasalahan yang harus didiskusikan oleh masing-masing kelompok. Kelompok 1: membahas tentang kelangkaan air bersih, kelompok 2: kelangkaan  BBM, kelompok 3: kelangkaan beras, kelompok 4: kelangkaan daging sapi. Masing-masing kelompok nanti mencari artikel mengenai tema tersebut, kemudian mengobservasi dan mendiskusikan apa yang menjadi penyebab dan bagimana cara mengatasinya. Hasil diskusi ditulis di kertas dan nanti dipresentasikan di depan kelas, waktu diskusi 45 menit ya anak-anak

Guru mempersilahkan setiap kelompok untuk maju ke depan mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilaksanakan dan setelah mempresentasikan membuka sesi tanya jawab dengan kelompok lain. Kemudian hasil diskusi dikumpulkan. Misalnya, kelompok yang pertama maju adalah kelompok 1, makan mereka akan mempresentasikan hasil diskusinya seperti, Assalamu’alaikum teman teman, disini kami dari perwakilan kelompok satu akan mempresentasikan hasil kerja kelompok kami mengenai kelangkaan air bersih. Kami mengambil artikel yang berjudul “Kemarau datang, warga antre air kotor di kolam ikan”. Artikel tersebut menjelaskan tentang terjadinya kelangkaan air bersih di Garut. Penyebab kelangkaan air bersih di Garut:karena musim kemarau yang berkepanjangan. Berarti penyebab kelangkaan tersebut berasal dari faktor eksternal. Akibatnya masyarakat terpaksa harus mengkonsumsi air keruh dari kolam ikan. Karena hanya kolam ikan itu satu-satunya sumber air yang ada. Pemerintah juga belum memberikan bantuan, dan juga keberadaan Bendungan Copong yang awalnya direncanakan untuk mengairi lahan di wilayah itu, belum berfungsi secara optimal. Hal itu akibat berhentinya proyek saluran irigasi untuk mengairi wilayah itu. Cara mengatasi : pemerintah harus lebih memperhatikan lagi kondisi masyarakat di Indonesia, karena jika hal itu dibiarkan saja, akan menimbulkan berbagi masalah, seperti: tingkat kesehatan masyarakat akan semakin menurun, kekurangan bahan pangan, dan banyak dampak buruk lainnya. Selain itu Bendungan Copong seharusnya lebih dioptimalkan lagi. Jadi waktu musim penghujan bisa untuk menampung air, dan waktu musim kemarau bisa untuk irigasi”

Setelah, kelompok 1 selesai presentasi maka teman-teman yang lain dipesrsilahkan untuk menanggapi atau bertanya jika ada yang tidak paham, sehingga dapat ditemukan solusi terbaik bagi masalah kelangkaan tersebut. Guru memberikan apresiasi kepada peserta didik yang presentasi maupun menanggapi, dengan memujinya dan member tambahan nilai keaktifan. Proses pembelajaran ini, diharapkan mendorong peserta didik untuk berpikir kritis dan solutif dalam menghadapi masalah di lingkungannya, selain itu juga meningkatkan perilaku kerja sama bagi peserta didik.

3.        Penutup

Pada tahap terakhir peserta didik dibantu oleh guru menyimpulkan hasil observasi atau wawancara dan diskusi kelas. Diharapkan guru mampu menanamkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan nyata.

Implementasinya dalam pembelajaran ekonomi di SMA kelas XI tentang masalah ekonomi dan cara mengatasinya adalah Guru megevaluasi bahasan-bahasan yang telah dipresentasikan oleh setiap kelompok diskusi kemudian memberikan kesimpulan tentang pengertian, faktor-faktor penyebab, dan jenis-jenis kelangkaan. “Baiklah, dari hasil diskusi tadi sudah bagus dan hasilnya juga sudah tepat. Jadi dapat disimpulkan, bahwa kelangkaan adalah kondisi dimana kebutuhan manusia yang tidak terbatas, sementara alat pemuas kebutuhan terbatas. Faktor penyebabnya bisa dari faktor internal, seperti sifat tidak puas terhadap apa yang dimiliki, sifat serakah manusia, ketidakmampuan manusia dalam menguasai teknologi, dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal, meliputi:bencana alam, perang, wabah penyakit, kebijakan pemerintah yang tidak tepat, dan persediaan sumber daya alam terbatas. Sedangkan cara mengatasi kelangkaan yang terjadi saat ini. Caranya antara lain: yang pertama kita dapat melakukan eksplorasi alam dan menciptakan penemuan-penemuan baru, dan cara-cara yang lain. baik begitu ya Anak anak, adakah yang masih belum jelas?”.“Sudah bu”, Jawab siswa.

Selanjutnya guru memberikan soal latihan kepada peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari proses pembelajaran. Peserta didik mengerjakan soal yang diberikan oleh guru pada selembar kertas dan setelah selesai guru meminta peserta didik untuk mengumpulkan.

Guru mengakhiri pembelajaran, dengan memberikan motivasi kepada peserta didik, agar terus belajar dengan giat. Pembelajaran ditutup dengan doa bersama yang dipimpin ketua kelas.

 

F.     Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Menurut Suyadi (2013: 95-96) menyatakan sebagai berikut:

1.    Keunggulan Strategi Pembelajaran Konstekstual

a.         Menurut  Surdin (2018: 58) mengatakan “learning becomes more meaningful and real, meaning that students are required to be able to capture the relationship between the learning experience in school and real life” bermakna Pembelajaran konstekstual dapat mendorong peserta didik menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata sehingga bisa menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata di lingkungan masyarakat, sehingga mampu menggali, berdiskusi, berpikir kritis, dan memecahkan masalah nyata yang dihadapinya dengan cara bersama-sama.

Implementasinya dalam pembelajaran ekonomi SMA adalah dalam pembelajaran  ekonomi di kelas XI materi perilaku konsumen dan produsen.Guru  memberikan materi dengan menghubungkan materi perilaku konsumen dan produsen dengan situasi dikehidupan nyata yaitu Guru  menejelaskan dengan contoh pembelian telepon seluler.Pembelian telepon seluler oleh konsumen di lakukan dengan terlebih dahulu melalui tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian. Pada tahap pengenalan kebutuhan sebagian besar konsumen menyatakan bahwa mempermudah komunikasi merupakan motivasi atau alasan utama mereka dalam membeli telepon seluler. Manfaat utama yang di cari sebagian besar konsumen pada saat membeli telepon seluler adalah manfaat ( fungsional ) yaitu sebagai alat komunikasi mobile ( bergerak ) yang dapat di bawa kemana saja, setelah mengenali adanya kebutuhan akan telepon seluler, konsumen akan melakukan tahap pencarian informasi, sebagian besar konsumen menyatakan bahwa sumber informasi utamanya adalah teman dan banyak di pengaruhi media cetak dan aspek yang paling di cari dari informasi itu adalah mengenai focus perhatian pada fitur yang tersedia dalam produk telepon seluler tersebut. Pada tahap evaluasi alternative yang menjadi pertimbangan konsumen untuk melakukan pembelian adalah harga lalu mengidentifikasi telepon seluler yang berkualitas adalah dengan melihat fitur yang ada. Setelah melakukan tahap evaluasi alternative, konsumenakan melakukan proses pembelian. yang ibu jelaskan tadi tentang pembelian telepon seluler adalah contoh perilaku konsumen dalam membeli suatu produk telepon seluler.

  1. Pembelajaran konstekstual mampu mendorong peserta didik untuk menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupan nyata. Artinya, peserta didik tidak hanya diharapkan dapat memahami materi yang dipelajarinya, tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilaku/tingkah laku (karakter/akhlak) dalam kehidupan sehari-hari.

Implementasinya dalam pembelajaran ekonomi SMA adalah  guru menjelaskan materi pembelajran perilaku konsumen dan produsen dengan memberikan materi yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Kemudian guru memberi tugas kepada setiap peserta didik untuk menemukan masalah di sekitar mereka tentang perilaku konsumen kemudian di analisis, dengan begitu peserta didik dapat belajar dari masalah di sektar mereka yang dapat memebri kesan tersendiri bagi pesertadidik di kehidupan sehari-hari.

  1. Pembelajaran konstekstual menekankan pada proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi. Artinya, proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan peserta didik hanya menerima materi pelajaran, melainkan dengan cara proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

Implementasi dalam pembelajaran ilmu ekonomi  di SMA adalah  guru ekonomi kelas XI IPS. Dalam proses pembelajaran beliau akan menyampaikan materi mengenai perilaku konsumen dan produsen serta peranannya dalam kegiatan ekonomi. Guru memberikan penjelasan singkat mengenai konsep dasar dari perilaku konsumen dan produsen. dalam kehidupan nyata. Sebagai peserta didik setelah diberikan materi oleh gurunya perlu adanya proses aktualisasi realitas kehidupan. Misalnya: Sinta adalah salah satu siswa kelas XI IPS anak dari keluarga pebisnis, ketika diajarkan tentang perilaku konsumen dan produsen dia mendengarkan dengan baik, dan memahami materi secara detail. Ketika terjadi kenaikan bahan bakar gas menyebabkan rumah makan padang ayahnya mengeluarkan modal yang lebih besar, Sinta menyarankan kepada ayahnya untuk beralih menggunakan kayu bakar agar usaha ayahnya tetap berlangsung.

2.Kelemahan Strategi Pembelajaran Konstekstual

a.    CTL membutuhkan waktu yang lama bagi peserta didik untuk bisa memahami semua materi. Menurut Surdin (2018: 58) mengatakan “the teacher must be able to manage the learning as well as possible so that the learning objectives that have been set can tecapai with a maximum” yang artinya guru harus mampu mengelolah pembelajaran sebaik-baiknya sehingga tujuan pembelajaran bisa mencapai maksimum.

Implementasinya dalam pembelajaran ekonomi SMA adalah sebelumnya Guru menejlaskan materi perilaku konsumen dan produsen dengan menghubungkan dengan kehidupan sehari hari selama 15 menit setelah itu guru membagi pesertadidik menjadi 4 kelompok kemudian guru memberikan suatu masalah perilaku konsumen di pasar kepada setiap kelompok,guru memberi waktu 20 menit untuk berdiskusi  dengan anggota kelompoknya.Setelah selesai berdiskusi kemudian hasilnya dipresentasikan di depan kelas . dengan pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lama dari guru menjelaskan terlebih dahulu sampai proses kelompok dan presentasi yang sangat membutuhkan waktu yang lama . Di bandingkan dengan metode ceramah yang guru langsung memberikan materi sehingga dalam satu kali pertemuan guru dapat menjelaskan beberapa materi sekaligus kepada pesertadidik sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama.

b.   Guru lebih intensif dalam membimbing, karena dalam metode CTL guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi.

               Implementasi dalam pembelajaran ilmu ekonomi di SMA adalah dalam metode CTL guru dalam menyampaikan  materi kepada peserta didik tidak hanya sekedar menjelaskan saja tetapi guru juga harus membimbing serta mengahrahkan.. Seperti halnya guru membagi peserta didik menjadi 4 kelompok yang kemudian setiap kelompok berdiskusi tentang tema materi atau masalah yang telah diberikan  , sehingga dalam proses pembelajran ini guru tidak hanya sekedar menyampaikan saja tetapi membimbing dan mengarahakan agar peserta didik mampu menggali, berdiskusi, berpikir kritis, dan memecahkan masalah nyata yang dihadapinya dengan cara bersama-sama. Dalam metode CTL guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi, namun sebagai fasilitator sehingga guru perlu mempersiapkan pembelajaran dengan baik dan matang.

c.    Upaya menghubungkan antara materi di kelas dengan realitas di dalam kehidupan sehari-hari peserta didik rentan kesalahan. Atas dasar ini, agar menemukan hubungan yang tepat, sering kali peserta didik harus mengalami kegagalan berulang kali.

               Implementasi dalam pembelajaran ekonomi SMA adalah Guru menjelaskan materi tentang pasar pesraingan sempurna,dalam menjelaskan materi tersebut guru menghubungkanya dengan relaita di kehidupan sehari-hari bermaksud agar peserta didik dapat mudah memahami materi apa yang dijelaskan. Kemudian guru memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari contoh nyata dalam pasar persaingan sempurna tetapi seringkali peserta didik keliru dalam mencari contoh nyata pasar persaingan sempurna karena butuh pemahaman yang lebih untuk menghubungkan realita materi dengan kehiduapan sehari-hari.Jadi peserta didik harus memahami lagi untuk menemukan apa itu sebenarnya pasar persaingan sempurna.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

SIMPULAN

Strategi pembelajaran kontekstual atau CTL adalah suatu pendekatan yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi pelajaran dari pengalamannnya secara langsung, dituntut untuk menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata yang lebih kepada aktualisasi. Adapun karakteristiknya ada 5 yaitu mengaktifkan pengetahuan yang sudah ada, memperoleh dan menambah pengetahuan baru, memahami pengetahuan, mempraktikan pengetahuan dan pengalaman, dan melakukan refleksi. Nilai-nilai karakter CTL ada 6 yaitu kerja keras, rasa ingin tahu, kreatif, mandiri, tanggung jawab, dan peduli lingkungan sosial. Adapun prinsip-prinsip ilmiah CTL ada 3 yaitu prinsip kesaling bergantungan, prinsip diferensiasi, dan prinsip pengaturan diri. CTL mempunya asas-asas yaitu kontruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, dan penilaian nyata. Pembelajaran kontekstual memiliki pola dan tahapan dalam pembelajarannya yaitu pendahuluan, inti dan penutup.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: The Mc Graw Hill Companies, Inc.

Depdiknas. 2002. Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Depdiknas.

Fadhillah, A., et al.  2017. The effect of application of contextual teaching and learning (CTL) model-based on lesson study with mind mapping media to assess student learning outcomes onchemistry on colloid systems”. Interntional Journal of Science and Applied Science Conference Series. Vol 1 (No.2). Yogyakarta: Yogyakarta State University.

Hamruni. 2011. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.

Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching and Learning: What it is and Why it’s here to stay. Thousand Oaks, CAL: Corwin Press, Inc..

Majid, A. 2016. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Munawaroh., Setyani, N.S. 2015. “ The Development of Learning Model With The Approach Of CTL (Contextual Teaching And Learning) Through The Method of APBL to The Subject Of Enterpreneurship”. IOSR Journal of Research & Method in Education. Vol 5 (No. 3). STKIP PGRI Jombang.

Morrison, G.R., Ross, S.M., Kemp, J.E. 2001. Design Effective Instuction. New York: John Wiley & Sons, Inc..

Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknass

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Suprihatiningrum. 2013. Strategi Pembelajaran: Teori & Aplikasi. Jogjakarta: Penerbit Ar-Ruzz Media.

Suprijono, A. 2013. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Surdin. 2018. “ The Effect of Contextual Teaching and Learning (CTL) Models on Learning outcomes of Social Sciences of the Material of Form The Face of The Earth on Class VII of Junior High School”. International Journal of Education and Research. Vol 6 (No. 3). Kendari: Department of Geography Education Universitas Halu Oleo.

Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep, Landasan Teoritis Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Zahorik, J. A. 1995. Constructivis Teaching. Bloomington: Phi-Delta Kappa Educational Foundation.

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MASA DEPAN EKONOMI ISLAM

MASA DEPAN EKONOMI ISLAM Masalah ekonomi zaman sekarang dan ketidakmampuan ekonomi neoklasik untuk menganalisisnya dan menyaranka...