MEMILIH MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN: IMPLEMENTASINYA UNTUK BIDANG STUDI EKONOMI/PEMASARAN DI SMA/SMK
Dosen Pembimbing :
![]() |
Prof. Dr. H. Soetarno Joyoatmojo, M.pd
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Teknologi Pembelajaran
Disusun Oleh :
Kelompok 6
1.
Imelda Nadya Sari (K7617043)
2.
Maya Rohmantika Sari (K7617051)
3.
Muhammad Rafi (K7617053)
4.
Nur Faidah (K7617059)
5.
Oktava Melodian (K7617060)
PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2018
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur atas berkat rahmat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Memilih
Model dan Metode Pembelajaran: Penerapannya untuk Bidang Studi
Ekonomi/Pemasaran di SMA/SMK” dengan tepat waktu.
Sebagai tugas dalam memenuhi tugas mata kuliah
Teknologi Pembelajaran, penulis mengucapkan terimakasih pada pihak-pihak yang
telah memberikan pengarahan, bimbingan serta dukungan dalam penyusunan makalah
ini, yaitu:
1.
Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan berbagai
kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini.
2.
Prof. Dr. H. Soetarno Joyoatmojo, M.Pd., selaku dosen
pengampu mata kuliah Teknologi Pembelajaran sebagai pembimbing kelompok kami.
3.
Teman-teman yang selalu
memberikan semangat dan dukungan pada kami.
Penulis menyadari akan segala kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan sehingga menjadikan
perbaikan dan dorongan untuk menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah wawasan.
Surakarta,
27 Maret 2018
Penulis

ii

ii
|
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL………………………………………………………………………..i
A.
Jenis-jenis Model Pembelajaran :
Memilih Model Pembelajaran dan
implementasinya
untuk Bidang Studi Ekonomi/Pemasaran di SMA/SMK
B.
Jenis-jenis Metode Pembelajaran :
Memilih Metode Pembelajaran dan
implementasinya
untuk Bidang Studi Ekonomi/Pemasaran di SMA/SMK
2.
Metode Pembelajaran Diskusi....................................................... 17
3.
Metode Pembelajaran Kerja Kelompok ....................................... 19
4.
Metode Resitasi…………………………………………………..22
BAB III PENUTUP………………………………………………………………25
A.
Kesimpulan…………………………………………………………25
B.
Saran………………………………………………………………..25
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………….26
![]() |
|||||
|
|||||
![]() |
|||||
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Anitah (2009: 45) menyatakan bahwa seorang guru harus
dapat memilih metode yang sesuai untuk satu mata pelajaran tertentu. Banyak
jenis model dan metode dalam
pembelajarann yang bisa dikembangkan untuk saat ini. Tiap-tiap model dan metode
yang memiliki karakteristik tertentu dengan kelebihan atau kekurangan masing-masing.
Seorang guru harus mampu memilih model dan metode yang sesuai dengan
pembelajaran ekonomi
Seorang pendidik profesionalisme guru bukanlah pada
kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan melainkan mampu menciptakan
pembelajaran yang menarik dan berkesan bagi peserta didik menurut Sugiyanto (2009:
1). Untuk menciptakan agar pembelajaran bisa menarik, perlunya menetapkan model
dan metode kemudian dipilih dan dikombinasikan/ dikembangkan sesuai keperluan
penggunaannya dalam pembelajaran ekonomi serta menetapkan tujuan/kompetensi dan
menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman dalam pembelajaran disekitar siswa.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD) dan experiential
learning serta impelementasi dalam pembelajaran ekonomi/pemasaran di SMA/SMK?
2.
Apa yang dimaksud dengan metode ceramah, metode
diskusi, metode kerja kelompok, serta penerapannya dalam pembelajaran
ekonomi/pemasaran di SMA/SMK?
![]() |
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui model pembelajaran yang tepat untuk
bidang studi ekonomi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Jenis-jenis
Model Pembelajaran : Memilih Model Pembelajaran dan implementasinya untuk Bidang Studi Ekonomi/Pemasaran di SMA/SMK
Joyce & Well dalam Rusman (2014:
133) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang
digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran di kelas. Guru dalam menetukan model pembelajaran harus
disesuaikan dengan tujuan dalam pembelajaran.
Menurut Trianto (2010: 23) model pembelajaran memiliki
ciri-ciri :
1. Rasional teoritis logis yang disusun
oleh pengembangannya.
2. Landasan pemikiran tentang tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan
agar model pembelajaran yang diterapkan berhasil tercapai.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Model Pembelajaran dalam kegiatan belajar
mengajar pelajaran ekonomi di SMA diharapkan bisa menyesuaikan dengan
kompetensi pembelajaran yang ingin dicapai serta tidak luput dari cirri-ciri
model pembelajaran.
Untuk menciptakan
model pembelajaran yang seuai dengan bidang studi ekonomi/pemasaran di
SMA/SMK dapat diterapkan dengan model
sebagai berikut :
|
Di dalam model pembelajaran
kooperatif terdapat tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD). Menurut Sumantri (2015:
56) menyatakan bahwa Student
Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan model pembelajaran kooperatif
yang digunakan untuk mendukung dan memotivasi siswa mempelajari materi secara
berkelompok. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif ini menekankan pada adanya aktivitas yang melibatkan interaksi
antar individu dalam kelompok dengan saling membantu dan
memotivasi dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil yang maksimal.
Model
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikembangkan oleh Robert Slavin di dalam
Universitas John Hopkin. Slavin (2005: 143) merupakan salah satu metode
pembelajaran yang palings sederhana , dan merupakan metode pembelajaran
kooperatif yang cocokdigunakan oleh guru yang baru memulai menggunakan metode
pembelajaran kooperatif.
Dalam
pembelajaran ekonomi di SMA diperlukan penerapan model pembelajaran yang tepat
guna menunjang tujuan pembelajaran. Model pembelajaran harus diketahui terlebih
dahulu kompetensi yang dicapai.
Kompetensi inti : Memahamai dan
menganalisis APBN terhadap perekonomian
Kompetensi dasar : 1. Mendeskripsikan tentang APBN
2. Memahami fungsi, tujuan, sumber,
mekanisme penyusunan APBN dan pengaruh APBN terhadap perekonomian
Lima Komponen Utama STAD
Menurut Isjoni (2007: 51-54) menyebutkan bahwa terdapat lima
komponen utama dalam STAD yang meliputi :
|
1.
Tahap
Penyajian Materi
Dalam tahap ini guru memulai dengan
menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan mendorong rasa ingin tahu siswa
tentang materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi
dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasarat yang telah
dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki.
2.
Tahap
Kerja Kelompok
Pada tahap ini, setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan
yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas,
saling membantu memberikan penyelesaian agar
semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas, dan satu lembar
dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok.
|
3.
Tahap
Tes Individu
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual mengenai materi yang
telah dibahas. Pada penelitian ini tes individual diadakan
pada akhir pertemuan kedua dan ketiga, masing-masing selama 10 menit agar siswa
dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja
dalam kelompok.
4.
Tahap
Perhitungan Skor Perkembangan Individu
Perhitungan perkembangan skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu
untuk memperoleh prestasi
terbaik sesuai denagn kemampuannya
5.
Tahap
Pemberian Penghargaan Kelompok
Tahap ini bertujuan untuk memotivasi siswa agar aktif selama
menyelesaikan tugas-tugas kelompok sehingga didapatkan kelompok yang kompak.
Pemberian penghargaan ini diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang
dikategorikan.
|
Implementasi Model Pembelajaran Kooperative Tipe STAD dalam
Bidang Studi Ekonomi/Pemasaran di SMA/SMK
adalah :
1.
Tahap Penyajian
Materi Waktu : 2
x 45 menit
Gagasan Utama :
APBN
Materi yang Dibutuhkan :
a.
Pengertian APBN,
b.
Fungsi dan Tujuan APBN,
c.
Sumber-Sumber Penerimaan Negara,
d.
Mekanisme Penyusunan APBN,
e.
Pengaruh APBN Terhadap Perekonomian.
|
|
PEMBUKAAN
Guru menyampaikan kepada siswa apa yang akan
mereka pelajari dan pentingnya materi tersebut. Guru menumbuhkan rasa ingin
tahu siswa dengan cara penjelasan materi secara terperinci, contoh masalah
dalam kehidupan nyata dan cara pemecahannya. Guru membuat para siswa bekerja
dalam kelompok untuk menemukan materi-materi tentang APBN.
PENGEMBANGAN
|
PEDOMAN PELAKSANAAN
Guru membuat siwa mengerjakan soal dengan cara
memanggil siswa secara acak sehingga
setiap siswa mempersiapkan diri untuk memberikan jawaban. Guru memberikan permasalahan yangharus
dipecahkan oleh siswa.
2.
Tahap Kerja
Kelompok Waktu : 2 x 45 menit
Gagasan Utama : Para siswa belajar dalam kelompok mereka tentang
APBN.
Materi yang dibutuhkan : Dua lembar kegiatan untuk tiap kelompok
dan dua lembar jawaban untuk tiap kelompok.
Selama masa belajar kelompok, tugas para
anggota kelompok adalah menguasai materi APBN yang disampaikan guru didalam
kelas dan membantu teman sekelasnya untuk memahami materi tersebut.
Pada hari
pertama kerja kelompok dalam STAD, guru menjelaskan kepada siswa apa artinya
bekerja dalam kelompok. Khususnya sebelum memulai kerja kelompok, bahaslah
aturan-aturan kelompok. Misalnya :
a.
Siswa
mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman satu kelompoknya telah
mempelajari materi APBN.
b.
Tidak
ada yang boleh berhenti belajar sebelum semua teman satu kelompoknya menguasai
materi APBN.
c.
Mintalah bantuan
dari teman satu kelompok sebelum
bertanya kepada guru.
d.
Teman satu kelompok boleh bicara satu sama lain dengan suara
pelan.
3. Tahap Tes Individu
Waktu : 1 x 45 menit
Gagasan Utama : Tes Individual Tentang APBN
Materi yang Dibutuhkan : Satu tes tiap anak
a.
Guru
membagikan tes tentang APBN dan memberikan waktu selama 45 menit kepada para siswa untuk mengerjakannya.
b.
Guru tidak
memperbolehkan siswa untuk bekerja sama dalam mengerjakan tes tersebut.
|
c.
Para siswa mengumpulkan lembar jawaban kepada guru yang
memberikan tes individual tersebut.
|
|

4. Tahap Penghitungan Skor
Gagasan Utama : Menghitung skor kemajuan individual dan skor tim
dalam materi APBN.
|
Tanggal:
1 April 2018
|
||
|
Hasil Kerja Kelompok dan Hasi Tes
Individu
|
|
|
Nama Siswa
|
Skor Awal
|
Skor Tes
|
Poin Kemajuan
|
Abu
|
90
|
100
|
20
|
Ani
|
87
|
99
|
30
|
Ami
|
85
|
83
|
10
|
Arendo
|
80
|
70
|
10
|
Asyifa
|
76
|
80
|
20
|
Baba
|
75
|
90
|
30
|
Bintang
|
70
|
85
|
30
|
Candra
|
69
|
80
|
30
|
Japri
|
65
|
75
|
20
|
Kiky
|
60
|
90
|
30
|
Luqman
|
55
|
75
|
30
|
Zazain
|
50
|
55
|
10
|
|
||||
|
||||
Poin Kemajuan adalah poin yang dikumpulkan para siswa
berdasarkan selisih antar skor tes dengan skor awal.
Skor Kuis
|
Poin
Kemajuan
|
Lebih
dari 10 poin dibawah skor awal
|
5
|
10-1 poin
dibawah skor awal
|
10
|
Skor awal
sampai 10 poin di atas skor awal
|
20
|
Lebih
dari 10 poin diatas skor awal
|
30
|
Kertas
jawaban sempurna (terlepas dari skor awal)
|
30
|
5. Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok
Tiga
macam tingkatan penghargaan diberikan disini.
Ketiganya berdasarkan rata-rata skor
kelompok, sebagai berikut :
Kriteria
|
Penghargaan
|
15
|
KELOMPOK
BAIK
|
16
|
KELOMPOK
SANGAT BAIK
|
17
|
KELOMPOK TIM SUPER
|
Kriteria ini merupakan satu rangkaian sehingga
untuk menjadi kelompok sangat baik sebagian besar anggota kelompok harus
memiliki skor diatas skor
Guru
harus memberikan semacam
penghargaan untuk pencapaian sampai pada kelompok sangat
baik atau kelompok
super. Penghargaan dapat
berupa guru membuat papan buletin yang memamerkan daftar
kelompok super dan kelompok
sangat baik minggu itu.
|
||||||
![]() |
||||||
|
2.
Model Pembelajaran Experiental Learning
Menurut
Anitah (2009: 58) Experiential
learning adalah suatu model yang dipusatkan
pada siswa dimulai dengan landasan pemikiran bahwa orang-orang belajar dari
pengalaman.Pengalaman belajar yang benar-benar efektif harus menggunakan
seluruh roda belajar, dari pengaturan tujuan, observasi, eksperimen, memeriksa
ulang, dan merencanaan tindakan. Apabila proses ini telah dilalui memungkinkan
siswa untuk belajar keterampilan baru, sikap baru bahkan cara berpikir baru.
Dalam pembelajaran ekonomi di SMA diperlukan penerapan model
pembelajaran yang tepat guna menunjang tujuan pembelajaran. Model pembelajaran
harus diketahui terlebih dahulu kompetensi yang dicapai.
Kompetensi inti : Memahamai dan
menganalisis hokum permintaan ekonomi
Kompetensi dasar : 1. Mendeskripsikan tentang permintaan ekonomi
2. Memahami teori, faktor-faktor,keseimbanagn, dan kurva
permintan ekonomi
a.
Siklus belajar Kolb
1)
Concrete Experience (CE)
Tahap
concrete experience, belajar secara
individu, tim, atau organisasi hanya mengerjakan tugas. Tugas yang dimaksudkan
adalah aktivitas yang mendorong mereka melakukan kegiatan atau mengalami
sendiri suatu fenomena yang akan dipelajari.
Implementasi dalam Pembelajaran
Ekonomi SMA/SMK:
Membahas
pelajaran ekonomi bab permintaan dan penawaran dengan proses jual beli yang
dilakukan oleh siswa (siswa disini belajar diluar kelas atau mempraktekkan
langsung) dan siswa mulai mengaitkan bagaimana hukum permintaan dan penawaran
denganpraktek jual beli.
2)
Reflective Observation (RO)
|
Implementasi dalam Pembelajaran Ekonomi SMA/SMK:
Siswa
telah mengamati dengan seksama aktivitas jual beli yang dilakukan dengan
menggunakan panca indra atau pikiran, kemudian merefleksikan hasil yang
didapatkan dengan memberikan tanggapan bagaimana proses jual beli bisa
berkaitan dengan permintaan dan penawaran.
Kaitannya
dalam proses jual beli pasti terdapat penjual, pembeli (siswa) dan barang atau
jasa. Hukum permintaan menjelaskan jika harga barang meningkat maka kuantitas
barang yang diminta akan menurun begitu juga sebaliknya jika harga barang atau
jasa menurun maka kuantitas barang yang diminta meningkat. Hukum penawaran
menjelaskan jika harga suatu barang meningkat maka kuantitas barang yang
ditawarkan akan meningkat begitupun jika harga barang menurun kuantitas barang
yang diminta juga menurun. Siswa disini menanggapi bahwa jumlah permintaan dan
penawaran selalu berubah-ubah mengikuti perubahan harga.
3)
Abstract Conceptualization (AC)
Tahap
abstract conceptualization merupakan
tahapan berpikir, dimana belajar mampu memberikan penjelasan matematis terhadap
suatu fenomena dengan mencermati alasan hubungan timbal balik terhadap
pengalaman yang diperoleh setelah melakukan observasi dan refleksi terhadap
pengalaman jual beli pada fase reflective
observation.
Implementasi dalam Pembelajaran
Ekonomi SMA/SMK:
Siswa
mencoba mengonseptualisasi suatu teori permintaan dan penawaran terhadap
pengalaman yang diobservasi (jual beli) dan mengintegrasikan pengalaman baru
yang diperoleh dengan pengalaman sebelumnya. Hukum permintaan dan penawaran
tersebut mulai menggunakan pendekatan matematis dari praktek jual beli yang
dilakukan untuk menghitung fungsi dengan rumus kurva.
|
4)
Active Experimentation (AE)
Tahap
active experimentation, siswa mencoba
merencanakan bagaimana menguji kemampuan suatu teori untuk menjelaskan
pengalaman baru yang diperoleh selanjutnya. Proses belajar akan terjadi pada
tahap active experimentation.
Pengalaman yang diperoleh siswa sebelumnya dapat diterapkan pada pengalaman
baru atau situasi problematik yang baru.
Implementasi dalam Pembelajaran
Ekonomi SMA/SMK:
Kaitannya
dengan materi permintaan dan penawaran adalah setelah semua proses diatas
terlaksana maka siswa dapat benar-benar mengimplementasikan konsep permintaan
dan penawaran dengan proses jual beli
menggunakan pendekatan analisis maupun pendekatan matematis agar siswa dapat
memahami materi tersebut secara mendalam dan dapat mengambil keputusan dengan
bijak. Dari langkah-langkah di atas yang telah di lakukan, siswa dapat
menyelesaikan pendekatan secara matematis, dari pendekatan matematis siswa
dapat mengambil keputusan berupa
kesimpulan pergeseran kurva permintaan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Media yang digunakan
untuk model experiential learning
a. Slide (film bingkai)
Slide merupakan suatu gambar transparan dalam bentuk kecil
yang bersifat individual, dalam arti dipertunjukkan satu persatu.
Implementasi dalam Pembelajaran Ekonomi SMA/SMK: Guru
menyampaikan materi permintaan dan penawaran melalaui slide berupa power point.
b. Bentuk kerucut pengalamannya yaitu direct purposeful experiences
Direct purposeful experiences (pengalaman langsung) menurut Anitah
(2009:175) Pada dasar kerucut, merupakan kenyataan yang dialami sendiri secara
langsung tersebut yaitu melihat, mendengar, memegang, merasakan, menyentuh,
membau.Di samping, pengalaman ini tidak hanya langsung (direct), tetapi juga mempunyai tujuan tertentu (purposeful).
Implementasi dalam Pembelajaran
Ekonomi SMA/SMK:
|
c. Grafik yang berbentuk grafik garis
Grafik garis digambarakan dengan garis-garis atau
titik-titik.
Implementasi dalam
Pembelajaran Ekonomi SMA/SMK:
Hasil observasi tersebut diselesaikan dengan pendekatan
matematis sehingga menghasilkan grafik berbentuk garis yang berupa kurva permintaan
dan penawaran.
d. Diskusi
Diskusi adalah pertukaran ide secara individu dengan
individu, kelompok dengan kelompok maupun individu dengan kelompok.
Implementasi dalam
Pembelajaran Ekonomi SMA/SMK:
Setiap
kelompok menganalisis proses jual beli yang telah dipraktekkan dan
mendiskusikan dengan kelompok lain sehingga menghasilkan kesimpulan.
|
B.
Jenis-jenis
Metode Pembelajaran : Memilih Metode Pembelajaran dan Implementasinya
untuk Bidang Studi Ekonomi/Pemasaran di SMA/SMK
Secara umum
metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu. Secara khusus, metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara atau pola yang khas dalam
memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan. Selain itu, metode juga merupakan
berbagai teknik dan sumberdaya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran
pada diri pembelajaran (Aqib, 20013: 102).
Adapun metode yang sesuai dengan
mata pelajaranSMA/SMK menurut kelompok kami sebagai berikut :
|
1. Metode Ceramah
Sriyono
(1992: 99) mengatakan bahwa metode ceramah adalah penuturan atau penjelasan
guru secara lisan yang dalam pelaksanaannya guru dapat menggunakan alat bantu
mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada murid-muridnya.
Metode ini menempatkan guru sebagai pusat perhatian.
Menurut Anitah (2009: 86) bahwa dalam
lingkungan pendidikan modern, penggunaan metode ceramah kurang tepat karena
bertentangan dengan cara manusia belajar dan lebih membuat siswa cenderung pasif. Cara belajar modern adalah dengan
siswa belajar sendiri dengan pengalamannya sehingga membuat siwa lebih paham
dan tidak mudah lupa dengan apa yang dipelajari. Sebaliknya, menurut Anitah
(2009: 86) dijelaskan bahwa pihak yang pro terhadap penggunaan metode ceramah
dalam pelaksanaan pembelajaran beranggapan bahwa ceramah telah banyak dipakai
sejak dulu, dan setiap pertemuan dikelas, guru tidak mungkin meninggalkan
metode ceramah walupun sekedar sebagai kata pengantar pembelajaran atau uraian
singkat ditengah pembelajaran.
Sriyono (1992: 99) mengemukakan
situasi yang tepat untuk menggunakan
metode ceramah. Sebagai berikut :
a. Guru
hendak menyampaikan pendapat atau pengentahuan
baru yang tidak ada dala buku bacaan, maka guru harus menerangkan
sendiri
b. Guru
hendaknya menyimpulkan hal-hal yang penting yang telah diajarkan sehingga tanpa
jelas hubungan antara pokok materi yang satu dengan lainnya.
c. Guru
hendaknnya merangsang siswa untuk mengerjakan tugas
d. Jika
jumlah siswa sangat banyak sehingga tidak mungkin menggunakan metode ceramah.
Kelebihan dan kekurangan dari penggunaan metode
ceramah dalam proses pemelajaran menurut
Sriyono (1992: 100) sebagai berikut :
a. Kelebihan
1) Efisiensi
waktu dan tenaga.
2)
Mudah dilaksanakan.
|
3) Guru
dapat menyampaikan pengalaman dan pengetahuannya secara maksimal tanpa melupakan
tujuan utamanya
yaitu mengajar.
4) Dapat
mencakup jumlah murid yang besar dan maeteri yang luas.
5) Guru
dapat menguasai kelas dengan baik apabila penyajian materinya menarik
6) Bila
guru memiliki kepribadian yang baik, maka metode ini mendorong siwa untuk maju,
bekemang, dan meingkat
7) Melatih
murid untuk terampil mencatat, menyeleksi dan mengkritik sesuatu dengan
bijak
b. Kelemahan
1) Membuat
pelajar semakin pasif
2) Tidak
mampu mempelancar dalam memecahkan masalah
3) Guru
tidak bisa memeriksa kemampuan belajar siswa
4) Cenderung
proses satu arah,
Implementasi penggunaan metode
ceramah untuk pembelajaran bidang studi ekonomi/pemasaran di SMA/SMK:
|
|
Misalnya guru memberikan contoh
sistem perekonomian negara Tiongkok dengan sistem perkonomian terpusat yang
segala kegiatan ekonomiya diatur dan diawasi oleh pemerintah yang bertidak
sebagai perencana pusat, dan bertanggung jawab penuh pada keputisan kegiatan
ekonomi,seangkan di Indonesia yang menganut sistem perekonomian pancasila,
artinya segala kegiatan persekonomian dilakukan oleh, dari dan untuk rakyat.
Melalui penjelasan yang detail/gambaran rill dari sistem perekonomian di Cina dan Indonesia,
maka siswa seakan-akan dapat mebayangkan situasi dari masing-masing negara dan
mampu menganalisis perbedaan dan kesamaan dari masing-masing negara.
|
2.
Metode
Diskusi
|
Peranan guru
sebagai pemimpin
diskusi menurut Winarto Surakmad
dalam Anitah (2009: 100) yaitu :
1)
Sebagai pengatur lalu lintas yang
memiliki hak
2)
Pemimpin sebagai dinding penangkis
3)
Pemimpin sebagai penunjuk jalan
Kelebihan dan kekurangan metode diskusi
Kelebihan metode diskusis menurut
Anitah ( 2009: 102) :
1)
Peserta didik diajarkan untuk
bermusyawarah.
2)
Peserta didik mendapatkan kesempatan
untuk menguji tingkat pegetahuannya masing-masing.
3)
Peserta didik belajar untuk menghargai
pendapat orang lain.
4)
Mengembangkan cara berpikir dan sikap
ilmiah.
Kekuangan metode
diskusi menurut Aqib ( 2013: 108) :
1)
Membutuhkan waktu yang lama dan jumlah
peserta didik sedikit.
2)
Tidak cocok untuk tahap awal
pembelajaran.
3)
Apatis bagi peserta didik yang tak biasa
berbicra dalam forum.
Implementasi penggunaan metode diskusi untuk pembelajaran
bidang studi ekonomi/pemasaran di SMA/SMK:
|
3. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok merupakan suatu kegiatan
pembelajaran yang membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok kecil
(Anitah, 2009: 103). Setiap anggota dituntut untuk aktif saling mengisi peran
di dalam kelompoknya sehingga setiap kelompok mampu mencapai tujuan
pembelajaran yang ditentukan oleh guru.
Penggunaan metode kerja keompok menurut Anitah (2009:
103-105), yaitu :
a.
Pengelompokkan untuk mengatasi
kekurangan alat-alat pelajaran, misalnya dalam pembelajaran ekonomi kelas XI
tentang materi perbankan, sekolah kurang memiliki kelegkapan bahan peraga
seperti Letter of credit (L/C), uang
kertas asing (bank note), dan kartu
kredit (Credit card). Maka untuk
memberikan kesempatan yang adil kepada semua peserta didik, saat pembelajaran
dibuat beberapa kelompok yang kemudian dianalisis bersama.
b.
Pengelompokan atas dasar kemampuan
belajar.
|
c.
Pengelompokan atas dasar minat belajar
|
d.
Pengelompokan untuk memperbesar
partisipasi peserta didik
Dalam proses
pembelajaran guru tidak mempunyai waktu yang berlebihan untuk menyampaikan
bahan/materi pembelajaran, namun menginginkan setia peserta didik aktif
berpartisipasi dalam proses pembelajaran, untuk itu kelas tersebut dipecah
menjadi beberapa kelompok untuk membahas satu sub kompetensi dalam waktu
singkat, kemudian menyampaikan pendapat kelompok di depan kelas. Melalui metode
ini peserta didik dapat berperan aktif walaupun dengan waktu terbatas.
Implementasinya
dalam bidang studi ekonomi kelas XII adalah ketika guru tidak
memiliki waktu yang banyak sedangkan materi pembelajaran yang memiliki sub
kompetensi yang banyak, maka metode kerja kelompok dapat diterapkan. Guru
membagi kelompok sesuai jumlah sub kompetensi dan memberikan materi sesuai sub kompetensi
yang didapat agar dapat didiskusikan secara berkelompok dengan waktu yang
terbatas, kemudian guru meberikan
kesempatan setiap kelompok untuk maju ke depan kelas menyampaikan dan
mejelaskan materi dengan setiap angota ikut berbicara. Akibatnya akan tercipta
proses kegiatan elajar yang aktif.
e.
Pengelompokan untuk pembagian pekerjaan.
Implementasi
dalam pembelajaran bidang studi ekonomi misalnya pada
materi pembelajaran ekonomi kelas XI materi bab bentuk dan struktur pasar,
setiap kelompok mendapat satu aspek permasalahan yang harus dipecahkan, misalnya kelompok 1
memecahkan aspek struktur pasar persaingan sempurna, kelompok 2 memecahkan
masalah materi aspek dan struktur pasar monopoli, begitu seterusnya.
f.
Pengelompokan untuk belajar bekerjasama
secara efisien menuju satu tujuan.
|
Kelemahan metode kerja kelompok menurut Anitah (2009: 105-106) yaitu :
1.
Kelemahan metode kerja kelompok:
a.
Adanya sifat-sifat pribadi yang
menonjolkan diri, sehingga yang lemah akan merasa rendah diri dan tergantung
dengan orang lain.
b.
Apabila dalam kelompok kemampuan peserta
didik tidak seimbang, maka akan menganggu kelancaran tugas dan hanya didominasi
oleh satu orang saja.
Implementasi penggunaan metode diskusi untuk pembelajaran
bidang studi ekonomi/pemasaran di SMA/SMK:
Pada mata pelajaran ekonomi kelas X, di
dalam kelas IPS SMA 1 Rembang terdapat 28 peserta didik, guru ekonomi membagi
peserta didik menjadi 4 kelompok yang setiap kelompoknya terdapat 7 anggota.
Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran permasalahan atau pertanyaan sebagai
tugas kepada masing-masing kelompok. Tugas tersebut merupakan materi uang dan
bank. Pembagian tugas dri setiap kelompok yaitu :
1.
Kelompok 1: Menjelaskan pengertian dan
fungsi dari bank.
2.
Kelompok 2: Menjelaskan jenis-jenis bank
3.
Kelompok 3: Menjelaskan tugas dan
wewenang bank
4.
Kelompok 4:Menjelaskan produk yang
dihasilkan bank serta manfaat bagi konsumen/pemakai.
Setiap kelompok diberikan seuah buku
panduan yaitu buku ekonomi 1 untuk kelas X SMA/MA dan dapat menambah penjelasan
dari sumber lain. Setiap peserta didik menjawab dan memecahkan materi yang
telah diberikan. Setiap peserta didik harus ikut berpasrtisipasi dalam
kelompoknya masing-masing. Guru memberikan waktu selama 45 menit, kemudian
masing-masing kelompom harus mempresentasikan hasil kerja kelompoknya didepan
kelas. Setelah selesai guru menutup dengan memebrikan kesimpulan dan tanggapan
mengenai masing-masing materi yang sudah disampaikan kepadapeserta didik kepada
teman-temannya. Melalui metode kerja kelompok seperti ini peserta didik dapat
lebih paham dan hemat dalam peggunaan waktu.
|
4.
Metode Resitasi
Metode pemberian tugas dan resitasi
atau metode resitasi adalah metode mengajar dengan cara guru memberikan tugas,
kemudian peserta didik harus mempertanggungjawabkan hasil tugas tersebut
(Anitah, 2009: 176).
Resitasi berbeda dengan PR atau
pekerjaan rumah yang harus dikerjakan di
rumah. Resitasi boleh atau tidak harus dikerjakan di rumah, tetapi bisa di
perpustakaan, laboratorium, atau tempat-tempat lain yang berhubungan dengan
tugas/pelajaran yang diberikan. Metode tersebut bertujuan untuk merangsang anak
tekun, rajin, dan giat belajar.
Metode resitasi terdapat 3 fase :
a. Fase pertama, pendidik memberi tugas.
Tugas yang diberikan hendaknya mempertimbangkan tujuan yang akan dicapai, jenis
tugas, tugas sesuai dengan kemampuan murid, sediakan waktu yang cukup dan ada
sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa.
b. Fase kedua, anak didik melaksanakan
tugas. Anak didik diberikan bimbingan dan pengawasan oleh guru dan diberikan
dorongan sehingga anak mau bekerja.
c. Fase ketiga, anak didik
mempertanggungjawabkan kepada pendidik apa yang telah ia pelajari. Fase ketiga
meliputi laporan siswa, ada Tanya jawab atau diskusi kelas, dan penilaian hasil
tugas siswa.
Resitasi dapat meliputi :
a. Menyusun karya tulis,
b. Menyusun laporan mengenai bahan
bacaan yang berupa buku, menyusun berita atau kejadian yang diamati atau
diamati,
c.
Menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang termaksud dalam buku, dan tugas lain yang dapat
menunjang keberhasilan proses belajar mengajar.
|
Syarat-syarat tugas yang baik :
a. Tugas tegas dan jelas
b.
Suatu tugas
dikatakan baik jika disertai penjelasan mengenai kesulitan-kesulitan yang
dihadapi
|
c. Tugas harus relevan dengan apa yang
dipelajari
d. Tugas hendaknya didiskusikan oleh guru
dan siswa
e. Tugas hendaknya disesuaikan dengan
kesanggupan dan mungkin sesuai dengan minat siswa
f. Tugas hendaknya disesuaikan dengan
waktu yang ada pada siswa
Kelebihan dan kelemahan metode
resitasi :
a. Kelebihan
1) Memperkaya pengetahuan dan pengalaman
siswa
2) Penghayatan pekerjaan lebih intensif
3) Memupuk rasa tanggungjawab
4) Melatih kemandirian siswa
5) Mengembangkan keberanian berinisiatif
b. Kelemahan
1) Sulit mengetahui dan mengawasi siswa,
apakah mereka benar-benar mengerjakan sendiri atau tidak
2) Banyak kecenderungan untuk saling
mencontoh dengan teman-teman
3) Tugas-tugas yang terlampau berat akan
menyebabkan siswa kurang tenang
4) Sulit memberikan tugas yang sesuai
dengan individu masing-masing.
Langkah-langkah pelaksanaan metode
resitasi :
a.
Pernyataan
tugas harus jelas dan menarik
b.
Organisasi
siswa sesuai dengan bobot tugas
c.
Tenggang
waktu pengumpulan tugas disesuaikan dengan bobot tugas
d.
Setiap
tugas dikoreksi dan dinilai
e.
Memberi
kesempatan berdiskusi dengan guru
Implementasi penggunaan metode
resitasi (pemberian tugas) untuk pembelajaran Ekonomi di SMA :
|
![]() |
||||||
|
||||||
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyak sekali variasi model dan metode pembelajaran sekarang
ini, untuk menentukan diperlukan dasar pertimbangan dalam memilih suatu
model dan metode pengajaran sangatlah sederhana, yaitu dapat memenuhi kebutuhan
atau mencapai tujuan yang diinginkan. Model dan metode yang akan diterapkan tidak boleh melenceng
dari tujuan yang sudah ditetapkan.
Seorang pendidik
profesionalisme guru bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan
melainkan mampu menciptakan pembelajaran yang menarik dan berkesan bagi peserta
didik menurut Sugiyanto (2009: 1). Untuk menciptakan agar pembelajaran bisa
menarik, perlunya menetapkan model dan metode kemudian dipilih dan
dikombinasikan/ dikembangkan sesuai keperluan penggunaannya dalam pembelajaran
ekonomi serta menetapkan tujuan/kompetensi dan menciptakan kondisi lingkungan
yang nyaman dalam pembelajaran disekitar siswa.
B.
Saran
Dengan
adanya berbagai teori yang telah diuraikan, diharapkan lebih meningkatkan model
dan metode pembelajaran yang lebih baik dari waktu ke waktu. Hal tersebut
diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran ekonomi di SMA/SMK sehingga
menghasilkan peserta didik yang bekualitas.
|
||||
![]() |
||||
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, S. (2009).
Teknologi Pembelajaran. Surakarta: Yuma .
Aqib, Z. (2013). Model-model, Media,
dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama
Widya.
Isjoni. (2007).
Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
Slavin,
R.E.(2005). Cooperative Learning: Theory,
Research, and Practice. London: Allymand Bacon.
Sriyono. (1992). Teknik
Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sumantri, M., & Permana, J. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Maulana.
Trianto.
(2009). Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sugiyanto.
(2009).Model-Model Pembelajaran Inovatif.
Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta.
Rusman.
(2014). Model-Model Pembelajaran:
Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
![]() |
|||
|
|||